Sebuah Kisah dalam hidup: ObserverWanita dari Amerika
Cantikrupanya, menawan...: Observer Wanita dari Amerika Cantik rupanya, menawan penampilannya siapa sangka pada tubuhnya yang mungil ini menyimpan kekuatan dan ...
Sebuah Kisah dalam hidup
Selasa, 20 September 2016
Observer Wanita dari Amerika

Sudah
2 tahun dia menjadi observer kapal perikanan, setidaknya dia sudah naik hingga lebih
dari 30 kapal. Pengalamannya sebagai seorang observer perikanan
dimulai ketika masa kuliah dahulu. Dia pernah ikut kapal riset untuk meneliti
sumberdaya ikan yang ada di perairan Amerika, pengalaman itulah yang membuat
dirinya merasa tertantang untuk kembali kelaut dan menjadi seorang observer.
Alaska
merupakan perairan dengan cuaca yang sangat ekstrem, disana badai salju kerap terjadi
dan suhu diluar dapat mencapai minus beberapa derajat celcius, hal itu sudah
menjadi santapannya sehari-hari. Kebanyakan perikanan di Alaska berbasis pada
kapal dengan menggunakan alat tangkap longline, trawl, gillnet, trolline dan
pot. Pot adalah sejenis alat tangkap yang menyerupai perangkap atau di
Indonesia dikenal dengan nama bubu.
Bekerja
dilaut memiliki resiko yang sangat tinggi dengan bahaya yang bisa mengancam
kapanpun apalagi dengan kondisi yang ekstrim dan itu bukanlah pilihan yang
bagus bagi seorang wanita. Kebanyakan kru dan nahkoda kapal adalah laki-laki,
hal ini semakin menambah daftar resiko dan bahaya selain faktor lingkungan tentunya.
Kemudian, faktor apakah yang membuat Boubbie memilih observer sebagai
pekerjaan utamanya?
Berdasarkan
pengalamannya sebagai seorang observer keamanan bekerja dilaut sangat
diperhatikan di Amerika. Peraturan yang dibuat sangat tegas sehingga memberikan
jaminan keamanan dan keselamatan, tidak ada seorangpun diatas kapal baik
nahkoda maupun ABK yang berani untuk mengganggu tugas observer, apalagi
melakukan kekerasan seksual bagi seorang wanita. Menurutnya yang justru berbahaya
adalah ketika berada di pelabuhan, karena kondisinya terbuka dan banyak orang
yang tidak dikenal belum lagi jika para awak kapal dalam kondisi mabuk akibat
minuman keras hal ini lah yang menurutnya lebih berbahaya daripada di atas
kapal.
Kamis, 16 Juni 2016
Alokasi Usaha Perikanan Tangkap
Alokasi usaha perikanan tangkap adalah seperti sebuah kue yang dibagikan dari pusat kepada masing-masing daerah. Alokasi usaha perikanan tangkap ini memberikan gambaran mengenai potensi sumber daya ikan yang ada pada wilayah pengelolaan perikanan (WPP) dan tingkat pemanfaatan yang telah dilakukan atau yang dikenal dengan produksi. Alokasi ini dilakukan dengan tujuan untuk melakukan input-output kontrol terhadap kegiatan penangkapan ikan. Setidaknya dengan penentuan alokasi ini kita dapat melakukan penentuan antara lain :
- Potensi Sumber Daya Ikan yang ada di WPP
- Jumlah Tangkapan yang diperbolehkan (JTB)
- Jumlah Kapal yang boleh beroperasi
- Jumlah maksimal Gross Tonase (GT) kapal
- Jumlah ijin yang boleh dikeluarkan baik oleh pusat maupun daerah.
Alokasi ini adalah isu yang sangat strategis untuk dibahas di Indonesia karena kita ini merupakan negara maritim dengan panjang garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada. Kita mengetahui bahwa sebagai negara kepulauan kita memiliki sumber daya ikan dengan tingkat Biodiversity tertinggi di dunia.
Sebenarnya penentuan alokasi dilakukan dengan melihat surplus produksi dari usaha penangkapan ikan di WPP tsb kemudian membandingkan dengan potensi yang ada sehingga kita memperoleh angka potensi lestari yaitu suatu angka yang ketika kita melakukan kegiatan penangkapan tetap memeberikan kesempatan bagi SDI untuk melakukan recruitment dan pulih kembali.
Akan tetapi sering terjadi kasus dimana potensi SDI yang ada terlihat rendah padahal hasil tangkapan dapat mencapai 4-5 kali lipat dari potensi, disitulah keunikan dari kegiatan perikanan bahwa dengan banyaknya variabel maka ketidakpastian (uncertainty) sangat mungkin terjadi sehingga produksi dapat melebihi potensi yang ada. oleh karena itu pengelolaan perikanan tidak dapat dilihat dari satu sisi saja melainkan harus dilihat dari berbagai sudut pandang.
Kembali ke alokasi, untuk penentuan alokasi dan pembagian kuota ijin daerah dan pusat maka ada beberapa data yang dibutuhkan untuk melakukan perhitungan antara lain :
> Jumlah Nelayan
> Panjang Garis Pantai
> Aktivitas Konservasi
> Tingkat Kepatuhan
Sumber data yang digunakan adalah data statistik perikanan tangkap yang tersedia yaitu data 2014 atau data statistik 2015 jika telah divalidasi. sedangkan untuk data potensi yang digunakan adalah data potensi terbaru tahun 2015 sehingga kita tetapkan bahwa t=0 adalah tahun 2015.
Perhitungan alokasi ini memerlukan rumus yang kelak akan disepakati bersama antara pemerintah pusat dan daerah
Alokasi usaha perikanan tangkap adalah seperti sebuah kue yang dibagikan dari pusat kepada masing-masing daerah. Alokasi usaha perikanan tangkap ini memberikan gambaran mengenai potensi sumber daya ikan yang ada pada wilayah pengelolaan perikanan (WPP) dan tingkat pemanfaatan yang telah dilakukan atau yang dikenal dengan produksi. Alokasi ini dilakukan dengan tujuan untuk melakukan input-output kontrol terhadap kegiatan penangkapan ikan. Setidaknya dengan penentuan alokasi ini kita dapat melakukan penentuan antara lain :
- Potensi Sumber Daya Ikan yang ada di WPP
- Jumlah Tangkapan yang diperbolehkan (JTB)
- Jumlah Kapal yang boleh beroperasi
- Jumlah maksimal Gross Tonase (GT) kapal
- Jumlah ijin yang boleh dikeluarkan baik oleh pusat maupun daerah.
Alokasi ini adalah isu yang sangat strategis untuk dibahas di Indonesia karena kita ini merupakan negara maritim dengan panjang garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada. Kita mengetahui bahwa sebagai negara kepulauan kita memiliki sumber daya ikan dengan tingkat Biodiversity tertinggi di dunia.
Sebenarnya penentuan alokasi dilakukan dengan melihat surplus produksi dari usaha penangkapan ikan di WPP tsb kemudian membandingkan dengan potensi yang ada sehingga kita memperoleh angka potensi lestari yaitu suatu angka yang ketika kita melakukan kegiatan penangkapan tetap memeberikan kesempatan bagi SDI untuk melakukan recruitment dan pulih kembali.
Akan tetapi sering terjadi kasus dimana potensi SDI yang ada terlihat rendah padahal hasil tangkapan dapat mencapai 4-5 kali lipat dari potensi, disitulah keunikan dari kegiatan perikanan bahwa dengan banyaknya variabel maka ketidakpastian (uncertainty) sangat mungkin terjadi sehingga produksi dapat melebihi potensi yang ada. oleh karena itu pengelolaan perikanan tidak dapat dilihat dari satu sisi saja melainkan harus dilihat dari berbagai sudut pandang.
Kembali ke alokasi, untuk penentuan alokasi dan pembagian kuota ijin daerah dan pusat maka ada beberapa data yang dibutuhkan untuk melakukan perhitungan antara lain :
> Jumlah Nelayan
> Panjang Garis Pantai
> Aktivitas Konservasi
> Tingkat Kepatuhan
Sumber data yang digunakan adalah data statistik perikanan tangkap yang tersedia yaitu data 2014 atau data statistik 2015 jika telah divalidasi. sedangkan untuk data potensi yang digunakan adalah data potensi terbaru tahun 2015 sehingga kita tetapkan bahwa t=0 adalah tahun 2015.
Perhitungan alokasi ini memerlukan rumus yang kelak akan disepakati bersama antara pemerintah pusat dan daerah
Senin, 13 Juni 2016
Kenapa
kita perlu data pemantau / observer?
kata kunci : pentingnya data, lintang-bujur,
hubungan panjang-berat ikan
Saat ini sumber data perikanan tangkap
berasal dari data statistik perikanan tangkap, data logbook dan data observer.
Data statistik perikanan tangkap berasal dari data landing base yaitu data pendaratan ikan yang ada di pelabuhan. Data
logbook adalah data yang disampaikan nahkoda kepada petugas pelabuhan terkait
hasil kegiatan penangkapan. Sedangkan data observer berasal dari petugas pemantau
kapal perikanan yang ditempatkan diatas kapal untuk melakukan pencatatan hasil
penangkapan selama bertugas diatas kapal tersebut. Dari ketiga data tsb, data
observer memiliki keunggulan dibandingkan data yang lain karena menampilkan
banyak hal yang lebih spesifik seperti lokasi lintang-bujur penangkapan ikan,
jenis ikan, jumlah ekor, berat ikan, panjang ikan, nomer pancing, lama waktu
setting dan hauling, jumlah ERS serta data lain yang tidak ada dan tidak pernah
dikumpulkan selain oleh petugas pemantau / observer.
Kenapa data pemantau / observer itu
penting? Karena dengan data observer itu kita dapat menentukan kebijakan
perikanan tangkap. Contoh pertama, data lokasi penangkapan yaitu berupa
lintang-bujur kegiatan penangkapan dapat digunakan untuk menentukan posisi fishing ground di WPP-NRI, dari data tsb
kita dapat memetakan wilayah mana yang memiliki produktivitas yang tinggi,
jenis ikan dan alat tangkap apa yang sesuai dengan kondisi perairan wilayah
tersebut sehingga kelak dapat menentukan daya dukung (carrying capacity) lingkungan terhadap kegiatan penangkapan di
wilayah tersebut.
Contoh kedua, data panjang dan berat
ikan yang tertangkap dapat memberikan gambaran terkait pola pertumbuhan ikan.
Sesuai dengan rumus hubungan panjang berat yaitu w= a.lb dimana
secara sederhana ikan memiliki fungsi berat dalam volume (yaitu pangkat 3 dari
panjangnya karena mengacu pada fungsi kubik). Apabila b=3 maka pola pertumbuhan
bersifat isometrik yaitu pertambahan panjang akan diikuti dengan pertambahan
berat. Apabila b≠3 maka bersifat allometrik, dimana apabila b<3 disebut allometrik
negatif yaitu pertumbuhan panjang lebih dominan daripada pertambahan berat
sehingga ikan berbentuk ramping dengan tubuh yang kurus dan panjang. Sedangkan
alometrik positif b>3 menunjukkan bahwa pertambahan berat lebih dominan
daripada pertumbuhan panjang sehingga ikan berbentuk gemuk dan bulat. Data ini
kita dapat memberikan gambaran apakah tekanan penangkapan memberikan pengaruh
terhadap pola pertumbuhan dari ikan di wilayah tersebut.
Dari kedua contoh diatas kita dapat
merumuskan banyak hal terkait dengan kebijakan perikanan tangkap, sehingga
kebutuhan terkait data observer sangat mendesak untuk segera direalisasikan
Ditulis oleh : Panca Berkah / Subdit
evalola tgl 4 Februari 2014
Selasa, 28 September 2010
Nagoya Port Aquarium
Mulai hari ini tanggal 27 September hingga tanggal 6 Oktober para peserta JICA training Management Stock and Enhancement at The Sea akan memulai tour keliling Nagoya dan Tokyo, 3 hari di Nagoya dan 7 hari di Tokyo. Jadwalnya sangat padat, so begitu sampai di Nagoya langsung kita menuju ke Nagoya Port Aquarium setelah menitipkan barang sebentar di Daiwa Roynet Hotel Nagoya tempat kita akan menginap.
Jalan kaki dari hotel menuju ke Stasiun Nagoya ditempuh sekitar 5 menit, kemudian dari stasiun Nagoya naik subway ke stasiun Sakae, selanjutnya pindah ke subway di jalur lain yang menuju ke Stasiun Nagoyako harga tiketnya 260 yen. sampai di Nagayako jalan sebentar menuju ke Nagoya port Aquarium.
Biaya masuk ke dalam aquarium ini untuk orang dewasa 2000 yen, tapi karena kita bersama dengan petugas yang bekerja di Aquarium tsb, jadi kita masuknya gratis. Aquarium ini didirikan pada tahun 1993 dan merupakan salah satu aquarium terbesar di dunia. Aquarium ini terdiri dari dua gedung yaitu gedung utara dan dan gedung selatan. Koleksi yang ada di Aquarium Nagoya ini berjumlah sekitar 200 jenis ikan dan mamalia yang di peroleh dari perairan Jepang, perairan tropis, perairan Australia dan perairan Antartika. Sumber air yang digunakan untuk mengisi aquarium berasal dari pantai yang ada di Nagoya yang telah dilakukan treatment terlebih dahulu.
Kalau kita masuk dari gedung utara pertama kali kita akan melihat aquarium Paus pembunuh (Orcinus orca). Meskipun namanya paus pembunuh, tetapi orca ini sebenarnya adalah salah satu dari keluarga lumba-lumba (Delphinidae). Dengan panjang rata-rata tujuh meter, menjadikan orca keluarga lumba-lumba terbesar didunia. Nama paus pembunuh diberikan, karena orca memakan berbagai jenis ikan besar, anjing laut, singa laut, hiu dan paus. Wauw keren sekali ada Aquarium yang berisi Paus pembunuh. Kalau kita berjalan terus mengelilingi gedung Utara maka kita akan menemukan ikan-ikan yang lain yang besar-besar seperti lumba-lumba dan dugong.
Di gedung utara pada lantai 2 kita akan menemukan replika paus pembunuh, lumba-lumba dugong dan juga ikan-ikan berukuran besar lainnya. Selain itu juga terdapat berbagai macam informasi-informasi tentang ikan dan mamalia tersebut, semuanya tertulis dalam bahasa Jepang, sughoi.
Di lantai 3 ternyata dari sini kita dapat melihat permukaan air dari aquarium yang ada di lantai 1, sepertinya ini merupakan tempat pertunjukkan untuk lumba-lumba, tempat duduknya seperti stadion melingkar. Mungkin pertunjukan hanya dilangsungkan pada hari libur atau hari-hari tertentu saja, karena hari ini tidak ada pertunjukan apa-apa.
Di gedung selatan kita akan melihat ikan yang lebih kecil dari perairan tropis, ikan-ikan ini dalam kondisi yang bergerombol / berkelompok. Jenis ikan ini dari ikan karang, ikan hias, ikan pari dan ikan-ikan kecil lainnya. Penyu laut dari ukuran yang paling kecil hingga paling besar ada di masing-masing aquarium di gedung selatan lantai 1.
Kalau kita naik ke lantai dua maka ada kesempatan kita untuk melihat petugas memberi makan pada penyu-penyu yang ada di aquarium. Kita diberi kesempatan untuk masuk ke kolam pembenihan penyu, ternyata penyu-penyu yang ada di aquarium Nagoya dipijahkan dan dibesarkan di kolam ini. Butuh waktu kurang lebih 2 bulan untuk memendam dan menunggu hingga telur penyu itu menetas, kemudian penyu akan di pindahkan ke bak-bak kecil yang ada di sekitar kolam. Makanan penyu ini adalah ikan, cumi-cumi dan kerang yang dicacah-cacah sehingga pas dengan mulut penyu.
Di lantai 2 ini juga dapat kita lihat ikan-ikan Laut Dalam yang bersinar dan mengeluarkan cahaya. Selain itu juga ada aquarium yang berisi berbagai jenis ikan laut yang ada di Jepang seperti ikan tuna, ikan sebelah, ikan ekor kuning, dsb. Pada lantai 3 lebih menarik, kita akan melihat koleksi ikan air tawar dari Australia dan koleksi hewan dari antartika yaitu penguin.
Oh ya, ketika jalan-jalan bersama teman-teman JICA ada teman yang mengajukan pertanyaan, “Kenapa Beruang Kutub tidak pernah memakan penguin? Ha..ha..pertanyaan yang aneh, akan selalu kuingat pertanyaan ini.
Jalan kaki dari hotel menuju ke Stasiun Nagoya ditempuh sekitar 5 menit, kemudian dari stasiun Nagoya naik subway ke stasiun Sakae, selanjutnya pindah ke subway di jalur lain yang menuju ke Stasiun Nagoyako harga tiketnya 260 yen. sampai di Nagayako jalan sebentar menuju ke Nagoya port Aquarium.
Biaya masuk ke dalam aquarium ini untuk orang dewasa 2000 yen, tapi karena kita bersama dengan petugas yang bekerja di Aquarium tsb, jadi kita masuknya gratis. Aquarium ini didirikan pada tahun 1993 dan merupakan salah satu aquarium terbesar di dunia. Aquarium ini terdiri dari dua gedung yaitu gedung utara dan dan gedung selatan. Koleksi yang ada di Aquarium Nagoya ini berjumlah sekitar 200 jenis ikan dan mamalia yang di peroleh dari perairan Jepang, perairan tropis, perairan Australia dan perairan Antartika. Sumber air yang digunakan untuk mengisi aquarium berasal dari pantai yang ada di Nagoya yang telah dilakukan treatment terlebih dahulu.
Kalau kita masuk dari gedung utara pertama kali kita akan melihat aquarium Paus pembunuh (Orcinus orca). Meskipun namanya paus pembunuh, tetapi orca ini sebenarnya adalah salah satu dari keluarga lumba-lumba (Delphinidae). Dengan panjang rata-rata tujuh meter, menjadikan orca keluarga lumba-lumba terbesar didunia. Nama paus pembunuh diberikan, karena orca memakan berbagai jenis ikan besar, anjing laut, singa laut, hiu dan paus. Wauw keren sekali ada Aquarium yang berisi Paus pembunuh. Kalau kita berjalan terus mengelilingi gedung Utara maka kita akan menemukan ikan-ikan yang lain yang besar-besar seperti lumba-lumba dan dugong.
Di gedung utara pada lantai 2 kita akan menemukan replika paus pembunuh, lumba-lumba dugong dan juga ikan-ikan berukuran besar lainnya. Selain itu juga terdapat berbagai macam informasi-informasi tentang ikan dan mamalia tersebut, semuanya tertulis dalam bahasa Jepang, sughoi.
Di lantai 3 ternyata dari sini kita dapat melihat permukaan air dari aquarium yang ada di lantai 1, sepertinya ini merupakan tempat pertunjukkan untuk lumba-lumba, tempat duduknya seperti stadion melingkar. Mungkin pertunjukan hanya dilangsungkan pada hari libur atau hari-hari tertentu saja, karena hari ini tidak ada pertunjukan apa-apa.
Di gedung selatan kita akan melihat ikan yang lebih kecil dari perairan tropis, ikan-ikan ini dalam kondisi yang bergerombol / berkelompok. Jenis ikan ini dari ikan karang, ikan hias, ikan pari dan ikan-ikan kecil lainnya. Penyu laut dari ukuran yang paling kecil hingga paling besar ada di masing-masing aquarium di gedung selatan lantai 1.
Kalau kita naik ke lantai dua maka ada kesempatan kita untuk melihat petugas memberi makan pada penyu-penyu yang ada di aquarium. Kita diberi kesempatan untuk masuk ke kolam pembenihan penyu, ternyata penyu-penyu yang ada di aquarium Nagoya dipijahkan dan dibesarkan di kolam ini. Butuh waktu kurang lebih 2 bulan untuk memendam dan menunggu hingga telur penyu itu menetas, kemudian penyu akan di pindahkan ke bak-bak kecil yang ada di sekitar kolam. Makanan penyu ini adalah ikan, cumi-cumi dan kerang yang dicacah-cacah sehingga pas dengan mulut penyu.
Di lantai 2 ini juga dapat kita lihat ikan-ikan Laut Dalam yang bersinar dan mengeluarkan cahaya. Selain itu juga ada aquarium yang berisi berbagai jenis ikan laut yang ada di Jepang seperti ikan tuna, ikan sebelah, ikan ekor kuning, dsb. Pada lantai 3 lebih menarik, kita akan melihat koleksi ikan air tawar dari Australia dan koleksi hewan dari antartika yaitu penguin.
Oh ya, ketika jalan-jalan bersama teman-teman JICA ada teman yang mengajukan pertanyaan, “Kenapa Beruang Kutub tidak pernah memakan penguin? Ha..ha..pertanyaan yang aneh, akan selalu kuingat pertanyaan ini.
Jalanan di Jepang
Salah satu yang mendukung kelancaran dalam transportasi adalah sarana yang baik. Jalan raya merupakan sendi yang tak terpisahkan guna mendukung kelancaran dan kenyamanan dalam berlalu-lintas. Sebagai salah satu negara maju yang memiliki transportasi yang baik dengan teknologi yang modern Jepang juga memiliki jalanan yang boleh dikatakann sangat aman, baik untuk yang berkendara maupun yang berjalan kaki
Kebanyakan jalan raya di Jepang dilapisi aspal, hanya sedikit saja jalanan yang dibeton. Walaupun begitu jalan disini rata, tidak ada lobang yang “menganga”, tidak ada aspal yang “retak-retak” ataupun aspal yang bergelombang seperti di Indonesia. Padahal kalau boleh dikatakan jalanan disini mengalami 4 musim, ketika musim dingin akan sangat dingin sekali dengan suhu mencapai < 10oC dan ketika musim panas suhunya mencapai > 40oC, dengan cuaca yang sangat ekstrim seperti itu tidak ada jalanan yang rusak disini. Selain itu kendaraan yang lalu-lalang juga tidak kalah besar dan banyak seperti di Indonesia. Jadi kenapa ya jalanan di Indonesia sering rusak dan berlobang?
Tidak seperti di Indonesia dimana setiap jalan-jalan besar memiliki nama, entah itu nama pahlawan, nama orang yang berjasa, nama buah-buahan, nama bunga dsb. Di Jepang jalanannya tidak memiliki nama, yang ada hanya kode berupa angka-angka atau nomer seperti 32, 37, 197, 56 dan sebagainya. Jadi kalau kita mau berpergian ke suatu lokasi tinggal lihat di peta, lokasi yang kita tuju ada pada nomer berapa ikuti terus dan kita akan sampai di lokasi itu. Kode angka ini tidak hanya dalam kota saja, melainkan juga sampai keluar kota dan menghubungkan prefecture-prefecture di Jepang.
Apabila kita melakukan perjalanan ke luar kota, kita akan banyak sekali menemukan terowongan, Terowongan di Jepang merupakan hal yang biasa dan lumrah, mengingat kondisi alamnya yang berupa perbukitan. Pada saat kita akan melewatinya, kita akan melihat nama terowongan, dan panjangnya. Diatas terowongan itu masih tetap berupa perbukitan dan ditumbuhi berbagai macam pepohonan sehingga di dalam terowongan terasa sejuk dan terkadang masih terlihat rembesan airnya.
Jangan kaget dan heran kalau malam hari kita keluar kota atau di pinggiran kota, kita akan jarang sekali menemukan lampu jalanan di Jepang. Mungkin ini salah satu cara dari pemerintah Jepang untuk menghemat listrik. Walaupun begitu tidak usah khawatir akan jalanan yang berlobang atau jalanan yang rusak, karena sampai di pelosok-pun jalanannya tetep bagus dan rata. Selain itu tingkat kriminalitas di Jepang juga sangat rendah dan jarang terjadi, so walaupun jalanan gelap-gulita tetep aman-aman saja.
Hebatnya di Jepang ini adalah kita akan menemukan jalur berwarna kuning di sepanjang trotoar di Jepang dan juga di pusat-pusat keramaian seperti stasiun, pusat perbelanjaan, terminal dll. Jalur kuning ini merupakan jalur yang di desain khusus untuk mereka yang tidak dapat melihat. Jalur ini sangat membantu sekali bagi mereka agar tetap pada jalannya, tidak akan kesasar atau khawatir akan nabrak sesuatu. Selain itu di pagar-pagar besi yang menempel pada tembok yang berfungsi sebagai pegangan baik untuk menaiki tangga atau menuruninya terdapat juga huruf braile sehingga mereka dapat mengetahui sedang berada di mana dan akan menuju kemana. Jadi walaupun kelihatan seperti pegangan besi biasa, tetapi memiliki keistimewaan tersendiri bagi mereka yang tidak dapat melihat.
Kebanyakan jalan raya di Jepang dilapisi aspal, hanya sedikit saja jalanan yang dibeton. Walaupun begitu jalan disini rata, tidak ada lobang yang “menganga”, tidak ada aspal yang “retak-retak” ataupun aspal yang bergelombang seperti di Indonesia. Padahal kalau boleh dikatakan jalanan disini mengalami 4 musim, ketika musim dingin akan sangat dingin sekali dengan suhu mencapai < 10oC dan ketika musim panas suhunya mencapai > 40oC, dengan cuaca yang sangat ekstrim seperti itu tidak ada jalanan yang rusak disini. Selain itu kendaraan yang lalu-lalang juga tidak kalah besar dan banyak seperti di Indonesia. Jadi kenapa ya jalanan di Indonesia sering rusak dan berlobang?
Tidak seperti di Indonesia dimana setiap jalan-jalan besar memiliki nama, entah itu nama pahlawan, nama orang yang berjasa, nama buah-buahan, nama bunga dsb. Di Jepang jalanannya tidak memiliki nama, yang ada hanya kode berupa angka-angka atau nomer seperti 32, 37, 197, 56 dan sebagainya. Jadi kalau kita mau berpergian ke suatu lokasi tinggal lihat di peta, lokasi yang kita tuju ada pada nomer berapa ikuti terus dan kita akan sampai di lokasi itu. Kode angka ini tidak hanya dalam kota saja, melainkan juga sampai keluar kota dan menghubungkan prefecture-prefecture di Jepang.
Apabila kita melakukan perjalanan ke luar kota, kita akan banyak sekali menemukan terowongan, Terowongan di Jepang merupakan hal yang biasa dan lumrah, mengingat kondisi alamnya yang berupa perbukitan. Pada saat kita akan melewatinya, kita akan melihat nama terowongan, dan panjangnya. Diatas terowongan itu masih tetap berupa perbukitan dan ditumbuhi berbagai macam pepohonan sehingga di dalam terowongan terasa sejuk dan terkadang masih terlihat rembesan airnya.
Jangan kaget dan heran kalau malam hari kita keluar kota atau di pinggiran kota, kita akan jarang sekali menemukan lampu jalanan di Jepang. Mungkin ini salah satu cara dari pemerintah Jepang untuk menghemat listrik. Walaupun begitu tidak usah khawatir akan jalanan yang berlobang atau jalanan yang rusak, karena sampai di pelosok-pun jalanannya tetep bagus dan rata. Selain itu tingkat kriminalitas di Jepang juga sangat rendah dan jarang terjadi, so walaupun jalanan gelap-gulita tetep aman-aman saja.
Hebatnya di Jepang ini adalah kita akan menemukan jalur berwarna kuning di sepanjang trotoar di Jepang dan juga di pusat-pusat keramaian seperti stasiun, pusat perbelanjaan, terminal dll. Jalur kuning ini merupakan jalur yang di desain khusus untuk mereka yang tidak dapat melihat. Jalur ini sangat membantu sekali bagi mereka agar tetap pada jalannya, tidak akan kesasar atau khawatir akan nabrak sesuatu. Selain itu di pagar-pagar besi yang menempel pada tembok yang berfungsi sebagai pegangan baik untuk menaiki tangga atau menuruninya terdapat juga huruf braile sehingga mereka dapat mengetahui sedang berada di mana dan akan menuju kemana. Jadi walaupun kelihatan seperti pegangan besi biasa, tetapi memiliki keistimewaan tersendiri bagi mereka yang tidak dapat melihat.
Sunday Market Vs Pasar Cibinong
Pasar merupakan tempat pertemuan antara pedagang dan pembeli, pasar dapat berlangsung dimana saja. Di Jepang pola pasar yang diterapkan berbeda dengan di Indonesia, masyarakat Jepang mungkin tidak terlalu konsumtif seperti masyarakt Indonesia sehingga jarang kita temukan Mall-Mall gede yang bertebaran dimana-mana seperti di Indonesia. Tetapi ada yang menarik di negara maju ini, walaupun mereka telah maju dalam berbagai bidang, teknologi, perindustrian, transportasi, pembangunan dsb, tetapi mereka tidak meninggalkan konsep pasar tradisional. Dimana ada barang, pedagang, pembeli dan tawar-menawar, pasar itu dinamakan
Sunday MarketSesuai dengan namanya sunday market, pasar ini berlangsung hanya satu hari yaitu hari minggu. Tapi ini tidak sama dengan pasar minggu tempat aku dididik dan digembleng, memang namanya pasar minggu tapi selalu rame setiap hari, orang jualan ga kenal hari minggu, senin, selasa dst tetep aja jualan. Klo disini selain hari minggu, tidak akan kita temukan ada pedagang dan orang berjualan di lokasi tersebut. Konsep ini sangat mirip sekali dengan “Pasar Cibinong” karena aku tinggal di Bojong gede dan dekat dengan lokasi maka hampir setiap hari minggu aku dan istri ke pasar cibinong, yang lokasi dekat dengan PEMDA Cibinong.
Sunday market ini mengambil lokasi di jalanan yang paling sibuk di kota Kochi, dimana gedung-gedung tinggi berdiri, pusat-pusat perkantoran dan berdekatan dengan tempat wisata Kochi Castle. Kalau hari-hari kerja maka jalan ini sangat sibuk dan penuh dengan mobil bersliweran, beda kalo di pasar Cibinong jalanan yang digunakan kalo hari kerja sepi dan jarang kendaraan. Tapi polanya hampir sama dengan pasar Cibinong, pedagang berjualan di sepanjang jalan dari ujung jalan sampai dengan Kochi Castle kurang lebih 1 km, kalo di pasar Cibinong mungkin lebih panjang lagi bisa sampai 3 km.
Sunday market ini adalah salah satu jalan bagi para pedagang kaki-5 untuk menjajakan dagangannya. Kalau hari-hari biasa akan sulit sekali atau bahkan tidak mungkin kita temui pedagang kaki-5 menjajakan dagangan di kochi, baik di jalanan maupun di pusat-pusat keramaian, apalagi melihat pedagang keliling macam tukang bakso, soto, somay dsb. Jadi di sunday market ini benar-benar mereka manfaatkan untuk menggelar lapaknya. Beda kalo di pasar Cibinong, pedagangnya biasanya punya lapak juga di berbagai tempat seperti di pasar, di stasiun dan di pinggir jalan. Mungkin ada juga pedagang keliling yang ikut berpartisipasi di pasar Cibinong.
Kebanyakan yang dijajakan di Sunday Market adalah hasil-hasil perkebunan seperti buah-buahan, sayur-sayuran dan bahan-bahan makanan dsb. Ada juga yang menjual pakaian, sepatu, sandal, tas dan souvenir-souvenir juga barang-barang antik dan barang-barang seken. Kalau di Pasar Cibinong beda lagi, mungkin ini pasar terlengkap yang pernah aku temui, semua barang disini ada, dari dalaman sampe luaran, dari topi sampe kaos kaki, dari benda hidup sampe benda mati, dari yang kecil sampe yang besar, dari yang bisa dimakan sampe yang hanya jadi pajangan ada semua disini, tinggal kuatnya kita mencari dan menemukannya, karena lapaknya ga beraturan.
Sunday Market ini memang pasarnya orang Jepang, ada proses tawar-menawar disini, kalau memang kita menyukai suatu barang biasanya mereka akan mengurangi harganya dan kita juga boleh menawar sewajarnya. Kalau di tempat lain, bisa di gaplok kita kalo kita coba-coba menawar. Pandai-pandai kita menawar dan harus tau juga perbandingan dengan harga di toko, agar kita yakin dapat harga yang lebih murah daripada di toko.
Pedagang yang berjualan di Sunday Market ini kebanyakan para manula dan lansia yang mungkin menghabiskan waktunya di kebun, menanam sayur dan buah-buaha atau membuat kerajinana tangan untuk souvenir dan hiasan, jarang aku lihat ada anak muda yang gagah berjualan di sunday market ini. Kalau di pasar cibinong segala macam pedagang dapat kita temukan di sini, orang Padang, Batak, Jawa, Sunda dari berbagai usia yang muda, tua, lelaki, wanita wah macem-macem deh.
Sunday Market bebas dari pungli, ga ada pajak ataupun uang macam-macam seperti uang kebersihan, uang keamanan, uang administrasi dsb. Sangat berbeda sekali dengan pasar Cibinong kalau yang sudah pernah pasa cibinong pasti tau, hampir setiap jam ada aja orang yang berlagak “tentara” dengan pakaian mirip petugas keamanan, meminta pajak kepada setiap pedagang yang berjualan di pasar Cibinong, weleh…weleh….
Sunday MarketSesuai dengan namanya sunday market, pasar ini berlangsung hanya satu hari yaitu hari minggu. Tapi ini tidak sama dengan pasar minggu tempat aku dididik dan digembleng, memang namanya pasar minggu tapi selalu rame setiap hari, orang jualan ga kenal hari minggu, senin, selasa dst tetep aja jualan. Klo disini selain hari minggu, tidak akan kita temukan ada pedagang dan orang berjualan di lokasi tersebut. Konsep ini sangat mirip sekali dengan “Pasar Cibinong” karena aku tinggal di Bojong gede dan dekat dengan lokasi maka hampir setiap hari minggu aku dan istri ke pasar cibinong, yang lokasi dekat dengan PEMDA Cibinong.
Sunday market ini mengambil lokasi di jalanan yang paling sibuk di kota Kochi, dimana gedung-gedung tinggi berdiri, pusat-pusat perkantoran dan berdekatan dengan tempat wisata Kochi Castle. Kalau hari-hari kerja maka jalan ini sangat sibuk dan penuh dengan mobil bersliweran, beda kalo di pasar Cibinong jalanan yang digunakan kalo hari kerja sepi dan jarang kendaraan. Tapi polanya hampir sama dengan pasar Cibinong, pedagang berjualan di sepanjang jalan dari ujung jalan sampai dengan Kochi Castle kurang lebih 1 km, kalo di pasar Cibinong mungkin lebih panjang lagi bisa sampai 3 km.
Sunday market ini adalah salah satu jalan bagi para pedagang kaki-5 untuk menjajakan dagangannya. Kalau hari-hari biasa akan sulit sekali atau bahkan tidak mungkin kita temui pedagang kaki-5 menjajakan dagangan di kochi, baik di jalanan maupun di pusat-pusat keramaian, apalagi melihat pedagang keliling macam tukang bakso, soto, somay dsb. Jadi di sunday market ini benar-benar mereka manfaatkan untuk menggelar lapaknya. Beda kalo di pasar Cibinong, pedagangnya biasanya punya lapak juga di berbagai tempat seperti di pasar, di stasiun dan di pinggir jalan. Mungkin ada juga pedagang keliling yang ikut berpartisipasi di pasar Cibinong.
Kebanyakan yang dijajakan di Sunday Market adalah hasil-hasil perkebunan seperti buah-buahan, sayur-sayuran dan bahan-bahan makanan dsb. Ada juga yang menjual pakaian, sepatu, sandal, tas dan souvenir-souvenir juga barang-barang antik dan barang-barang seken. Kalau di Pasar Cibinong beda lagi, mungkin ini pasar terlengkap yang pernah aku temui, semua barang disini ada, dari dalaman sampe luaran, dari topi sampe kaos kaki, dari benda hidup sampe benda mati, dari yang kecil sampe yang besar, dari yang bisa dimakan sampe yang hanya jadi pajangan ada semua disini, tinggal kuatnya kita mencari dan menemukannya, karena lapaknya ga beraturan.
Sunday Market ini memang pasarnya orang Jepang, ada proses tawar-menawar disini, kalau memang kita menyukai suatu barang biasanya mereka akan mengurangi harganya dan kita juga boleh menawar sewajarnya. Kalau di tempat lain, bisa di gaplok kita kalo kita coba-coba menawar. Pandai-pandai kita menawar dan harus tau juga perbandingan dengan harga di toko, agar kita yakin dapat harga yang lebih murah daripada di toko.
Pedagang yang berjualan di Sunday Market ini kebanyakan para manula dan lansia yang mungkin menghabiskan waktunya di kebun, menanam sayur dan buah-buaha atau membuat kerajinana tangan untuk souvenir dan hiasan, jarang aku lihat ada anak muda yang gagah berjualan di sunday market ini. Kalau di pasar cibinong segala macam pedagang dapat kita temukan di sini, orang Padang, Batak, Jawa, Sunda dari berbagai usia yang muda, tua, lelaki, wanita wah macem-macem deh.
Sunday Market bebas dari pungli, ga ada pajak ataupun uang macam-macam seperti uang kebersihan, uang keamanan, uang administrasi dsb. Sangat berbeda sekali dengan pasar Cibinong kalau yang sudah pernah pasa cibinong pasti tau, hampir setiap jam ada aja orang yang berlagak “tentara” dengan pakaian mirip petugas keamanan, meminta pajak kepada setiap pedagang yang berjualan di pasar Cibinong, weleh…weleh….
Langganan:
Postingan (Atom)