Selasa, 28 September 2010

Nagoya Port Aquarium

Mulai hari ini tanggal 27 September hingga tanggal 6 Oktober para peserta JICA training Management Stock and Enhancement at The Sea akan memulai tour keliling Nagoya dan Tokyo, 3 hari di Nagoya dan 7 hari di Tokyo. Jadwalnya sangat padat, so begitu sampai di Nagoya langsung kita menuju ke Nagoya Port Aquarium setelah menitipkan barang sebentar di Daiwa Roynet Hotel Nagoya tempat kita akan menginap.


Jalan kaki dari hotel menuju ke Stasiun Nagoya ditempuh sekitar 5 menit, kemudian dari stasiun Nagoya naik subway ke stasiun Sakae, selanjutnya pindah ke subway di jalur lain yang menuju ke Stasiun Nagoyako harga tiketnya 260 yen. sampai di Nagayako jalan sebentar menuju ke Nagoya port Aquarium.


Biaya masuk ke dalam aquarium ini untuk orang dewasa 2000 yen, tapi karena kita bersama dengan petugas yang bekerja di Aquarium tsb, jadi kita masuknya gratis. Aquarium ini didirikan pada tahun 1993 dan merupakan salah satu aquarium terbesar di dunia. Aquarium ini terdiri dari dua gedung yaitu gedung utara dan dan gedung selatan. Koleksi yang ada di Aquarium Nagoya ini berjumlah sekitar 200 jenis ikan dan mamalia yang di peroleh dari perairan Jepang, perairan tropis, perairan Australia dan perairan Antartika. Sumber air yang digunakan untuk mengisi aquarium berasal dari pantai yang ada di Nagoya yang telah dilakukan treatment terlebih dahulu.


Kalau kita masuk dari gedung utara pertama kali kita akan melihat aquarium Paus pembunuh (Orcinus orca). Meskipun namanya paus pembunuh, tetapi orca ini sebenarnya adalah salah satu dari keluarga lumba-lumba (Delphinidae). Dengan panjang rata-rata tujuh meter, menjadikan orca keluarga lumba-lumba terbesar didunia. Nama paus pembunuh diberikan, karena orca memakan berbagai jenis ikan besar, anjing laut, singa laut, hiu dan paus. Wauw keren sekali ada Aquarium yang berisi Paus pembunuh. Kalau kita berjalan terus mengelilingi gedung Utara maka kita akan menemukan ikan-ikan yang lain yang besar-besar seperti lumba-lumba dan dugong.

Di gedung utara pada lantai 2 kita akan menemukan replika paus pembunuh, lumba-lumba dugong dan juga ikan-ikan berukuran besar lainnya. Selain itu juga terdapat berbagai macam informasi-informasi tentang ikan dan mamalia tersebut, semuanya tertulis dalam bahasa Jepang, sughoi.


Di lantai 3 ternyata dari sini kita dapat melihat permukaan air dari aquarium yang ada di lantai 1, sepertinya ini merupakan tempat pertunjukkan untuk lumba-lumba, tempat duduknya seperti stadion melingkar. Mungkin pertunjukan hanya dilangsungkan pada hari libur atau hari-hari tertentu saja, karena hari ini tidak ada pertunjukan apa-apa.


Di gedung selatan kita akan melihat ikan yang lebih kecil dari perairan tropis, ikan-ikan ini dalam kondisi yang bergerombol / berkelompok. Jenis ikan ini dari ikan karang, ikan hias, ikan pari dan ikan-ikan kecil lainnya. Penyu laut dari ukuran yang paling kecil hingga paling besar ada di masing-masing aquarium di gedung selatan lantai 1.

Kalau kita naik ke lantai dua maka ada kesempatan kita untuk melihat petugas memberi makan pada penyu-penyu yang ada di aquarium. Kita diberi kesempatan untuk masuk ke kolam pembenihan penyu, ternyata penyu-penyu yang ada di aquarium Nagoya dipijahkan dan dibesarkan di kolam ini. Butuh waktu kurang lebih 2 bulan untuk memendam dan menunggu hingga telur penyu itu menetas, kemudian penyu akan di pindahkan ke bak-bak kecil yang ada di sekitar kolam. Makanan penyu ini adalah ikan, cumi-cumi dan kerang yang dicacah-cacah sehingga pas dengan mulut penyu.


Di lantai 2 ini juga dapat kita lihat ikan-ikan Laut Dalam yang bersinar dan mengeluarkan cahaya. Selain itu juga ada aquarium yang berisi berbagai jenis ikan laut yang ada di Jepang seperti ikan tuna, ikan sebelah, ikan ekor kuning, dsb. Pada lantai 3 lebih menarik, kita akan melihat koleksi ikan air tawar dari Australia dan koleksi hewan dari antartika yaitu penguin.


Oh ya, ketika jalan-jalan bersama teman-teman JICA ada teman yang mengajukan pertanyaan, “Kenapa Beruang Kutub tidak pernah memakan penguin? Ha..ha..pertanyaan yang aneh, akan selalu kuingat pertanyaan ini.

Jalanan di Jepang

Salah satu yang mendukung kelancaran dalam transportasi adalah sarana yang baik. Jalan raya merupakan sendi yang tak terpisahkan guna mendukung kelancaran dan kenyamanan dalam berlalu-lintas. Sebagai salah satu negara maju yang memiliki transportasi yang baik dengan teknologi yang modern Jepang juga memiliki jalanan yang boleh dikatakann sangat aman, baik untuk yang berkendara maupun yang berjalan kaki


Kebanyakan jalan raya di Jepang dilapisi aspal, hanya sedikit saja jalanan yang dibeton. Walaupun begitu jalan disini rata, tidak ada lobang yang “menganga”, tidak ada aspal yang “retak-retak” ataupun aspal yang bergelombang seperti di Indonesia. Padahal kalau boleh dikatakan jalanan disini mengalami 4 musim, ketika musim dingin akan sangat dingin sekali dengan suhu mencapai < 10oC dan ketika musim panas suhunya mencapai > 40oC, dengan cuaca yang sangat ekstrim seperti itu tidak ada jalanan yang rusak disini. Selain itu kendaraan yang lalu-lalang juga tidak kalah besar dan banyak seperti di Indonesia. Jadi kenapa ya jalanan di Indonesia sering rusak dan berlobang?



Tidak seperti di Indonesia dimana setiap jalan-jalan besar memiliki nama, entah itu nama pahlawan, nama orang yang berjasa, nama buah-buahan, nama bunga dsb. Di Jepang jalanannya tidak memiliki nama, yang ada hanya kode berupa angka-angka atau nomer seperti 32, 37, 197, 56 dan sebagainya. Jadi kalau kita mau berpergian ke suatu lokasi tinggal lihat di peta, lokasi yang kita tuju ada pada nomer berapa ikuti terus dan kita akan sampai di lokasi itu. Kode angka ini tidak hanya dalam kota saja, melainkan juga sampai keluar kota dan menghubungkan prefecture-prefecture di Jepang.


Apabila kita melakukan perjalanan ke luar kota, kita akan banyak sekali menemukan terowongan, Terowongan di Jepang merupakan hal yang biasa dan lumrah, mengingat kondisi alamnya yang berupa perbukitan. Pada saat kita akan melewatinya, kita akan melihat nama terowongan, dan panjangnya. Diatas terowongan itu masih tetap berupa perbukitan dan ditumbuhi berbagai macam pepohonan sehingga di dalam terowongan terasa sejuk dan terkadang masih terlihat rembesan airnya.


Jangan kaget dan heran kalau malam hari kita keluar kota atau di pinggiran kota, kita akan jarang sekali menemukan lampu jalanan di Jepang. Mungkin ini salah satu cara dari pemerintah Jepang untuk menghemat listrik. Walaupun begitu tidak usah khawatir akan jalanan yang berlobang atau jalanan yang rusak, karena sampai di pelosok-pun jalanannya tetep bagus dan rata. Selain itu tingkat kriminalitas di Jepang juga sangat rendah dan jarang terjadi, so walaupun jalanan gelap-gulita tetep aman-aman saja.



Hebatnya di Jepang ini adalah kita akan menemukan jalur berwarna kuning di sepanjang trotoar di Jepang dan juga di pusat-pusat keramaian seperti stasiun, pusat perbelanjaan, terminal dll. Jalur kuning ini merupakan jalur yang di desain khusus untuk mereka yang tidak dapat melihat. Jalur ini sangat membantu sekali bagi mereka agar tetap pada jalannya, tidak akan kesasar atau khawatir akan nabrak sesuatu. Selain itu di pagar-pagar besi yang menempel pada tembok yang berfungsi sebagai pegangan baik untuk menaiki tangga atau menuruninya terdapat juga huruf braile sehingga mereka dapat mengetahui sedang berada di mana dan akan menuju kemana. Jadi walaupun kelihatan seperti pegangan besi biasa, tetapi memiliki keistimewaan tersendiri bagi mereka yang tidak dapat melihat.

Sunday Market Vs Pasar Cibinong

Pasar merupakan tempat pertemuan antara pedagang dan pembeli, pasar dapat berlangsung dimana saja. Di Jepang pola pasar yang diterapkan berbeda dengan di Indonesia, masyarakat Jepang mungkin tidak terlalu konsumtif seperti masyarakt Indonesia sehingga jarang kita temukan Mall-Mall gede yang bertebaran dimana-mana seperti di Indonesia. Tetapi ada yang menarik di negara maju ini, walaupun mereka telah maju dalam berbagai bidang, teknologi, perindustrian, transportasi, pembangunan dsb, tetapi mereka tidak meninggalkan konsep pasar tradisional. Dimana ada barang, pedagang, pembeli dan tawar-menawar, pasar itu dinamakan

Sunday MarketSesuai dengan namanya sunday market, pasar ini berlangsung hanya satu hari yaitu hari minggu. Tapi ini tidak sama dengan pasar minggu tempat aku dididik dan digembleng, memang namanya pasar minggu tapi selalu rame setiap hari, orang jualan ga kenal hari minggu, senin, selasa dst tetep aja jualan. Klo disini selain hari minggu, tidak akan kita temukan ada pedagang dan orang berjualan di lokasi tersebut. Konsep ini sangat mirip sekali dengan “Pasar Cibinong” karena aku tinggal di Bojong gede dan dekat dengan lokasi maka hampir setiap hari minggu aku dan istri ke pasar cibinong, yang lokasi dekat dengan PEMDA Cibinong.

Sunday market ini mengambil lokasi di jalanan yang paling sibuk di kota Kochi, dimana gedung-gedung tinggi berdiri, pusat-pusat perkantoran dan berdekatan dengan tempat wisata Kochi Castle. Kalau hari-hari kerja maka jalan ini sangat sibuk dan penuh dengan mobil bersliweran, beda kalo di pasar Cibinong jalanan yang digunakan kalo hari kerja sepi dan jarang kendaraan. Tapi polanya hampir sama dengan pasar Cibinong, pedagang berjualan di sepanjang jalan dari ujung jalan sampai dengan Kochi Castle kurang lebih 1 km, kalo di pasar Cibinong mungkin lebih panjang lagi bisa sampai 3 km.



Sunday market ini adalah salah satu jalan bagi para pedagang kaki-5 untuk menjajakan dagangannya. Kalau hari-hari biasa akan sulit sekali atau bahkan tidak mungkin kita temui pedagang kaki-5 menjajakan dagangan di kochi, baik di jalanan maupun di pusat-pusat keramaian, apalagi melihat pedagang keliling macam tukang bakso, soto, somay dsb. Jadi di sunday market ini benar-benar mereka manfaatkan untuk menggelar lapaknya. Beda kalo di pasar Cibinong, pedagangnya biasanya punya lapak juga di berbagai tempat seperti di pasar, di stasiun dan di pinggir jalan. Mungkin ada juga pedagang keliling yang ikut berpartisipasi di pasar Cibinong.



Kebanyakan yang dijajakan di Sunday Market adalah hasil-hasil perkebunan seperti buah-buahan, sayur-sayuran dan bahan-bahan makanan dsb. Ada juga yang menjual pakaian, sepatu, sandal, tas dan souvenir-souvenir juga barang-barang antik dan barang-barang seken. Kalau di Pasar Cibinong beda lagi, mungkin ini pasar terlengkap yang pernah aku temui, semua barang disini ada,  dari dalaman sampe luaran, dari topi sampe kaos kaki, dari benda hidup sampe benda mati, dari yang kecil sampe yang besar, dari yang bisa dimakan sampe yang hanya jadi pajangan ada semua disini, tinggal kuatnya kita mencari dan menemukannya, karena lapaknya ga beraturan.


Sunday Market ini memang pasarnya orang Jepang, ada proses tawar-menawar disini, kalau memang kita menyukai suatu barang biasanya mereka akan mengurangi harganya dan kita juga boleh menawar sewajarnya. Kalau di tempat lain, bisa di gaplok kita kalo kita coba-coba menawar. Pandai-pandai kita menawar dan harus tau juga perbandingan dengan harga di toko, agar kita yakin dapat harga yang lebih murah daripada di toko.


Pedagang yang berjualan di Sunday Market ini kebanyakan para manula dan lansia yang mungkin menghabiskan waktunya di kebun, menanam sayur dan buah-buaha atau membuat kerajinana tangan untuk souvenir dan hiasan, jarang aku lihat ada anak muda yang gagah berjualan di sunday market ini. Kalau di pasar cibinong segala macam pedagang dapat kita temukan di sini, orang Padang, Batak, Jawa, Sunda dari berbagai usia yang muda, tua, lelaki, wanita wah macem-macem deh.


Sunday Market bebas dari pungli, ga ada pajak ataupun uang macam-macam seperti uang kebersihan, uang keamanan, uang administrasi dsb. Sangat berbeda sekali dengan pasar Cibinong kalau yang sudah pernah pasa cibinong pasti tau, hampir setiap jam ada aja orang yang berlagak “tentara” dengan pakaian mirip petugas keamanan, meminta pajak kepada setiap pedagang yang berjualan di pasar Cibinong, weleh…weleh….

Kochi Castle

Salah satu tempat bersejarah yang sering dikunjungi para wisatawan baik dari Jepang maupun wistawan asing adalah kochi castle. Kochi castle memang tidak sebesar Osaka castle. Tapi kochi castle merupakan salah satu bangunan bersejarah yang telah didirikan sejak 400 tahun yang lalu. Ada beberapa hal yang kita temukan ketika kita berkeliling di sekitar kochi castle, dan masing-masing memiliki sejarah tersendiri.



Patung Yamauchi Katsutoyo
Katsutoyo awalnya merupakan Jenderal di Toyotomi Hideyoshi, akan tetapi dia memberontak dan memenangkan peperangan pada tahun 1600 M. Sebagai hadiahnya dia mendapatkan kekuasaan di daerah Tosa dan menjadi Raja Tosa yang pertama dan mendirikan Kochi Castle. Lokasi patung Raja ini ada di bagian bawah saat pertama kali mau masuk ke Kochi castle



Ote-mon atau Gerbang utama
Adalah pintu pertama ketika memasuki Kochi Castle, dahulu dinamakan O-gomon atau gerbang besar akan tetapi sekarang diganti menjadi Ote-mon gerbang utama. Dahulu masyarakat umum seperti petani dan pedagang dilarang memasuki Kochi Castle. Sekarang siapa aja boleh masuk Kochi castle, tidak ada perbedaan, semuanya sama, kita harus berterimakasih kepada Ryoma Sakamoto yang telah memperjuangkan persamaan dan menghilangkan perbedaan kelas di masyarakat Jepang.



Ukiran pada batu
Banyak ditemukan ukiran-ukiran huruf jepang di dinding-dinding Kochi Castle. Ukiran ini dibuat di dinding Ote-mon, dan dinding yang lain dengan batu yang besar-besar.



Patung Itagaki Taisuke
Itagaki merupakan penasihat keluarga Yamauchi, dia mempunyai pengaruh penting dalam restorasi meiji dan modernisasi Jepang, dia hidup pada masa yang sama dengan Ryoma Sakamoto. Dia adalah pengacara pertama di Jepang dan juga pemimpin pengakan hak asasi manusia. Dia dibunuh ketika mengkampanyekan hak asasi manusia, pernyataannya yang terkenal “Itagaki boleh mati tetapi kemerdekaan akan tetap hidup. Selain itu dia juga ahli dalam memainkan pedang dan jagoan sumo. Lokasi patung ini ada di dekat gerbang masuk pertama.


Patung Istri Katsutoyo (Chiyo)
Chiyo menikah dengan Katsutoyo ketika berumur 17 tahun, ketika itu saat pasukan sedang melakukan latihan dan Jendral Katsutoyo sebagai pemimpin pasukan mengesankannya sehingga dia jatuh cinta dan menikah dengan Jenderal Katsutoyo. Patung ini didirikan sebagai suatu penghormatan kepada seorang wanita atas jasanya mendampingi Katsutoyo-Raja Tosa.

Batu saluran air
Kochi merupakan salah satu daerah yang sering terjadi hujan dan mengalami banjir, untuk mengalirkan air dan menjaga agar kastle tidak kebanjiran maka dibuatlah saluran air dari batu dan mengalirkannya ke sungai.



Batu Pertahanan
Ahli batu terkenal yang bernama Anoshu menyusun dan membuat batu pertahanan menggunakan metode nozura-zumi. Batu ini sangat kuat, walaupun pernah terjadi gempa besar yang mengguncang kochi pada tahun 1946, batu ini tidak mengalami kerusakan sedikitpun.

Shinobigaeshi
Apabila penyerangan secara frontal sulit dilakukan maka biasanya musuh akan mencoba mengirip penyusup, pencuri ataupun ninja secara diam-diam. Kalau ada penyusup yang mencoba masuk memanjat kochi castle maka harus berhati-hati karena ada besi-besi tajam di sekeliling bangunan. Selain itu dari lubang yang ada di dinding para prajurit akan batu-batu. Pertahanan Kochi castle dirancang sangat baik sehingga tidak ada satu sisi-pun yang dapat ditembus musuh maupun penyusup.


Honmaru atau Menara utama
Akhirnya setelah melewati beberapa tangga yang cukup banyak dan tinggi sampai juga kita di menara utama. Diantara semua castle yang ada di jepang, hanya Kochi Castle yang memiliki menara utama, Nishi dan Higashi Tamon (teras/halaman) dengan dinding batu di sebelah barat dan timurnya. Jodan no Ma adalah ruangan dimana sang raja menerima tamunya sedangkan di sebelah kirinya adalah Musha Kakushi tempat para prajurit samurai berjaga. Kondisi di dalam menara utama masih asli dan belum ada perubahan, kayu penyangga, pintu, lantai, dinding masih sama dengan 400 tahun lalu saat bangunan ini pertama kali didirikan, dahsyat…


Disalin dari brosur kochi Castle

“Khairun naasi anfa’uhum linnaas”

Sebaik-baik manusia adalah siapa yang paling banyak bermanfaat bagi orang lain. Ini adalah salah satu hadist yang sering kita dengar. Aku ingin sekali mengamalkan hadist tersebut, banyak hal yang ingin kulakukan agar kehadiranku ini dapat meberikan manfaat bagi orang lain, kalaupun tidak dapat memberikan manfaat setidaknya kehadiranku janganlah mengganggu atau membuat orang lain tidak nyaman.


Sejak mulai bekerja di DKP pada tahun 2006, saat itu Dharma Wanita DKP menyelenggarakan donor darah. Waktu itu motivasiku hanya ikut-ikutan dan biar dapat makanan gratis. Tapi setelah aku resapi dan aku maknai ternyata donor darah ini memberikan manfaat kepada orang-orang yang membutuhkan, maka mulai saat itu aku bertekad untuk selalu mendonorkan darahku setiap 3 bulan. Sebenarnya sejak kedatanganku di Jepang aku udah sampaikan kepada koordinatorku bahwa aku ingin donor darah di Jepang, karena memang sudah saatnya aku donor darah. Terakhir kali aku donor darah di Indonesia bulan april 2010, mungkin karena lupa atau sibuk dan juga adanya bulan Ramadhan maka baru kemaren 15 September 2010 keinginanku untuk donor darah terwujud, senang sekali rasanya, karena kehadiranku disini memberi manfaat dan aku dapat mengamalkan hadist tersebut.

Pada prinsipnya di Jepang tidak dibedakan antara pendonor darah orang Jepang dengan orang asing, semua perlakuannya sama. Akan tetapi sebelum melakukan donor darah ada beberapa prosedur yang disyaratkan seperti mengisi kuisioner dan menjawab pertanyaan seputar riwayat penyakit yang pernah kita derita, hal ini juga disyaratkan di Indonesia seperti kita ditanya tentang penyakit kuning, stroke, tekanan darah tinggi, kanker, HIV atau yang terkait dengan virus. Cuma perbedaannya kalau di Indonesia kita mengisi di kertas form yang disediakan PMI, kalau di Jepang kita mengisinya di komputer dan setelah selesai langsung di print.


Prosedur selanjutnya kita akan dipanggil untuk masuk ke ruang dokter, disini kita ditanya seputar kesehatan kita, apakah kita mengkonsumsi obat-obatan, minum-minuman beralkohol atau pernah sakit beberapa minggu yang lalu. Kita akan diperiksan tekanan darahnya dan akan dicek kesehatannya. Inilah yang juga merupakan keuntungan seorang pendonor darah, karena secara tidak langsung dia telah melakukan “general chek-up” terhadap tubuhnya, kalau dirasa kita kurang sehat atau dokter tidak yakin maka kita akan disuruh pulang, barangkali disuruh untuk mengurangi konsumsi makanan berlemak, atau disarankan untuk beristirahat yang cukup. Karena orang yang akan mendonorkan darahnya harus benar-benar dalam kondisi vit dan keadaan sehat.


Kalau dokter nyatakan oke maka kita masuk ruang pemeriksaan darah untuk diuji apakah darah kita memenuhi syarat atau tidak. Prosedurnya disini beda dengan di Indonesia, kalau di PMI Salemba, periksa darah dulu baru ke dokter kalau di Jepang ke dokter dulu baru darahnya di periksa. Setelah diambil sampel darahnya untuk di periksa kemudian kita akan naik di kursi donor darah. Disini hampir sama dengan di Indonesia cuma kalo di Jepang di sediakan televisi di depan kursi donor darahnya jadi sambil menunggu darah kita diambil kita dapat menonton televisi. Lumayan juga nih, karena kalau untuk donor darah paling tidak dibutuhkan waktu sekitar 15-20 menit.




Susternya baik dan ramah, dia berusaha mengajak ngobrol dan bercakap-cakap denganku, sayangnya dia menggunakan bahasa Jepang sedangkan aku hanya tau sedikit aja bahasa Jepang kalau diajak ngobrol pake bahasa Inggris dianya kagak ngerti, ya udahlah, aku ngangguk-ngangguk aja he…he…



Jumlah darah yang di donorkan berbeda antara di Indonesia dengan di Jepang. Kalau di Indonesia untuk yang memiliki bobot lebih dari 60 Kg maka akan diambil darahnya 350 ml sedangkan yang dibawah dari 60 Kg diambil 250 ml. Kalau di Jepang dengan bobot dibawah 50 kg diambil sebanyak 200ml sedangkan diatas 50 kg diambil 400ml. Jadi hari itu aku diambil darahnya 400 ml. Alhamdulilah, semoga aja darahku bermanfaat untuk kemanusiaan, amiin…


Waktu sedang donor darah salah satu susternya menanyakan “kalau di Indonesia katanya setelah selesai donor darah diberikan makanan ya?” aku jawab “iya memang PMI Indonesia menyediakan roti dan susu untuk yang selesai donor darah, tapi kalau disini ketentuannya berbeda ya, tidak usah repot-repot menyediakan untukku”, “bagiku bisa mendonorkan darahku aja aku udah senang” lanjutku, mereka-pun tersenyum. Kalau di Jepang hanya di sediakan minuman dan biskuit yang dapat kita ambil di vending machine segara gratis, selain itu juga di sediakan banyak buku-buku dan komik buat mereka yang selesai mendonorkan darahnya, sambil menunggu beberapa menit untuk pemulihan kondisi tubuh.

Biasanya di Indonesia setelah selesai donor darah maka kartu kita akan di cap tanggal dan tempat kita melakukan donor darah selain itu akan diberikan kertas pemberitahuan kapan kita akan mendonor darah berikutnya. Kalau di Jepang sistem kartunya seperti ATM ada pin-nya dan berisi semua data tentang diri kita, tanggal kita melakukan donor darah sudah tercantum, berapa darah kita yang didonorkan dan kapan waktu selanjutnya jika kita ingin mendonorkan darahnya. Sayangnya mungkin aku sudah pulang ke Indonesia untuk tanggal berikutnya karena tercantum 8 desember 2010, tak apalah, nanti donor darah di Indonesia juga bisa.


Buat temen-temen yang belum pernah donor darah, semoga menjadi terbuka hatinya dan tergerak untuk mendonorkan darahnya, kalian udah tahu kan hadistnya, tinggal mengamalkannya. Buat yang udah pernah/ udah sering mendonorkan darahnya semoga jadi tambah bersemangat dan terus rutin mendonorkan darahnya, semoga kelak ini akan menjadi catatan amal yang baik bagi kita, amiiin.

Karena pada dasarnya sel darah merah dalam tubuh kita hanya bertahan selama 120 hari dan kemudian akan dihancurkan yang selanjutnya tubuh akan membentuk sel darah merah yang baru. Kadang-kadang darah kotor yang ada dalam tubuh kita dikeluarkan dalam bentuk jerawat dan bisul, maka daripada keluar dalam bentuk itu lebih baik kita sumbangkan agar lebih bermanfaat bagi kita dan juga bagi orang lain.

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Ryoma Sakamoto Sang Revolusioner

Setiap perubahan pasti akan memunculkan pahlawan yang akan selalu dikenang sebagai orang yang berperan dalam perubahan tersebut. Perubahan Jepang menjadi negara kuat adalah saat terjadi “resotari meiji” pada tahun 1868 dimana terjadi perubahan besar-besaran dalam segala aspek kehidupan di Jepang dari pemerintahan Shogun yang diktator kembali ke Kaisar. Dalam sejarah Jepang dikenal seorang samurai yang turut serta dalam melakukan perubahan fundamental itu, yang berasal dari Kochi yaitu Ryoma Sakamoto.



Ryoma adalah seorang samurai kelas bawah yang bersama dengan teman-temanya melakukan perubahan pada pemerintahan Jepang pada masa itu. Pada masa itu terdapat perbedaan kasta -yang dibuat oleh shogun- di masyarakat antara samurai, petani, tukang dan pedagang atau yang dikenal dengan "shi-Nou-kou-sho". Ryoma dilahirkan pada tahun 1835 di kochi atau yang dulu dikenal dengan domain feodal “Tosa”. Dia adalah putra bungsu dari keluarga pedagang yang kaya, ayahnya membeli hak untuk menjadi goshi samurai kelas bawah. Pada saat itu samurai itu dibagi menjadi dua kelas, Joshi dan goshi (Atas dan bawah).


Pada Usia 14 tahun (1849) dia berlatih kendo dan menjadi pemuda yang sangat berbakat dalam bidang tersebut sehingga di kirim ke sekolah samurai di Edo (Sekarang Tokyo). Pada waktu itu terdapat tiga (3) Klan kuat yaitu klan Satsuma dari Prefektur Kagoshima di Kyushu, Klan Chōshū dari Prefektur Yamaguchi di Honshu dan Klan Tosa dari Prefektur Kochi di Shikoku.


Pada Usia 19 tahun (1853) dia mendapatkan peringkat dua disekolahnya dan merupakan salah satu pemuda terkuat di kelasnya. Pada tahun yang sama juga ditandai dengan datangnya “black ship” 4 armada kapal hitam Amerika dengan Kommodor Mathew Perry sebagai pemimpinnya.

Ini merupakan titik awal Jepang dalam sejarah “Restorasi Meiji”, selama lebih kurang 200 tahun Jepang melaksanakan politik sakoku, menutup diri dari pengaruh asing. Ketika itu kommodor Perry datang dan ingin mengadakan kerjasama serta membuka pelabuhan Jepang untuk Internasional. Sebagai seorang samurai Ryoma juga ikut dalam barisan prajurit yang diperintahkan Kaisar untuk menjaga Teluk Edo, saat melihat besarnya kapal Amerika dan canggihnya tekhnologi yang digunakan, belum banyak orang jepang yang mengenal senjata api (pistol) pada waktu itu. Ryoma iri sekaligus ketakutan akan masa depan Jepang yang akan datang, dia juga menginginkan agar Jepang dapat memiliki kapal seperti “black ship” itu.




Pada tahun 1854 Ryoma pulang ke Tosa dan bertemu dengan seorang penulis buku bernama Kawade Shoryo, dia adalah penulis buku biografi “Nakahama Manjiro” seorang nelayan yang terdampar di Hawaii kemudian ditemukan oleh Kapten kapal pemburu ikan paus miliki Amerika lalu dibawa ke Amerika. Nakahama Manjiro merupakan orang Jepang pertama yang belajar di Amerika. Dia juga sempat bekerja di kapal ikan sebelum kembali ke Jepang dan menjadi penerjemah saat kedatangan Kommodor Perry. Cerita ini menginsipirasi Ryoma sehingga dia jadi tahu kebijakan ekonomi, sosial, politik dan keadaan Amerika. Ryoma kembali ke Edo dan menyelesaikan studinya pada tahun 1958.



Pada tahun 1862 Takechi teman Ryoma mendirikan kelompok di domain Tosa yang terdiri dari samurai kelas bawah. Mereka menginginkan perubahan/revolusi di klan Tosa, akan tetapi Ryoma menginginkan perubahan untuk seluruh Jepang, sehingga Ryoma memutuskan untuk tidak bergabung dan memilih bekerja bersama Katsu Kaishu seorang perwira berpangkat tinggi di pemerintahan shogun.


Pada Tahun 1863 Katsu mendirikan Akademi Angkatan Laut di kobe dan Ryoma ikut bergabung di dalamnya. Sekolah ini terdiri dari para ronin muda tanpa adanya perbedaan status social. Mereka sama seperti ryoma meninggalkan klan-nya untuk melakukan perubahan. Pada saat itu terjadi pemberontakan dari Klan Choshu kepada Kaisar dan banyak dari mereka adalah siswa di Akademi Angkatan Laut kobe sehingga Kaisar memutuskan untuk membubarkan Akademi Angkatan Laut ini



Pada tahun 1864 Ryoma dengan sekitar 20 teman-temannya pergi ke Nagasaki dan memulai "Kameyama Shachu" (perusahaan) yang kemudian dikenal sebagai “kaientai" (Naval Auxiliary Force). Kaientai ini disebut sebagai perusahaan pertama di Jepang. Perusahan ini bergerak dalam bidang perdagangan, ekspor-import dan persenjataan. Ryoma sangat cerdas dia mampu bekerjasama dan menjalin hubungan baik dengan Klan choshu dan klan Satsuma. Pada waktu itu klan choshu dilarang membeli senjata karena telah melakukan pemberontakan terhadap Kaisar, padahal mereka sangat membutuhkan senjata. Sedangkan Klan Satsuma membutuhkan bahan makanan yang berasal dari Klan choshu. Maka Ryoma mensiasatinya dengan membeli senjata atas nama klan Satsuma kemudian menukarkannya dengan makanan yang dimiliki klan Choshu. Semua ini tertuang dalam pakta kerjasama yang ditandatangani pada tahun 1986 secara diam-diam.



Ternyata hal ini tercium oleh pemerintahan shogun saat itu, mereka tahu bahwa Ryoma melakukan kerjasama dengan kedua klan tersebut untuk melakukan perubahan dan berusaha menggulingkan kekuasaan shogun, ketika Ryoma sedang menginap di sebuah penginapan di Kyoto. Ryoma diserang oleh para prajurit shogun, walaupun saat itu dia memiliki pistol tetapi karena banyaknya jumlah prajurit yang menyerangnya dia-pun lari menyelamatkan diri. Ryoma beruntung tidak mati dalam penyerangan itu, akan tetapi di mengalami luka yang cukup parah. Klan Satsuma menyelamatkan Ryoma dan merawat luka-lukanya hingga sembuh.



Bulan April tahun 1867 sebuah kapal dagang Ryoma ditenggelamkan oleh Klan Kishu yang merupakan kerabat dari shogun. Ryoma marah dan meminta ganti rugi, dia mulai memperkenalkan Hukum Laut Internasional dan meminta kasus tenggelamnya kapal dagang milik perusahaan-nya diselesaikan dengan Hukum Laut Internasional, dan akhirnya Ryoma mendapatkan ganti rugi yang cukup besar. Pada saat yang sama Ryoma juga menjalin kerjasama dengan penasehat domain Tosa Goto Shojiro. Klan Tosa ingin bergabung dengan Klan Choshu dan Klan Satsuma menjadi bagian dalam perubahan itu.



Akhirnya dengan dukungan dari ketiga klan tersebut maka Ryoma dan kelompoknya berhasil membuat shogun mengundurkan diri tanpa terjadi peperangan dan pertumpahan darah. Ide Ryoma untuk pemerintahan baru tertuang dalam  bukunya "Senchu Hassaku" atau Delapan point pemerintahan baru. Ryoma menyarankan agar kekuasaan dikembalikan kepada Kaisar. Agar harga emas dan perak disamakan dengan negara lain, mengikuti harga internasional Pada bulan Nopember 1867 Ryoma di bunuh di Kyoto oleh samurai kelas atas yang tidak menyukai sepak-terjang Ryoma, dia meninggal dalam usia 32 tahun.

Dia meninggal sebelum menyaksikan keberhasilan revolusi yang telah direncanakan. Perubahan terjadi ketika Kaisar Meiji naik tahta pada tahun 1968 saat itu Kaisar menghapus semua sistem yang dahulu di bentuk oleh shogun, Jepang masuk dalam era baru.


Selama masa peralihan dari shogun ke “restorasi meiji” dalam sejarah Jepang, banyak pahlawan yang berguguran. Perbedaan antara Ryoma dan yang lainnya adalah bahwa Ryoma memikirkan kesetaraan persamaan dan kebebasan sebagai seorang pemimpin dia sangat membenci perbedaan kelas, dia tidak pernah bekerja hanya untuk kepentingannya sendiri, dia sangat setia pada Kaisar . Dia adalah salah satu dari beberapa samurai yang memiliki visi dan misi yang jelas tentang masa depan serta memiliki pikiran yang terbuka itulah salah satu alasan mengapa dia begitu populer dikalangan anak muda Jepang.


Sebagai penghormatan atas perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan nama Ryoma Sakamoto diabadikan sebagi nama Bandar udara di Kochi. Nama Ryoma saat ini lebih terkenal ketika dia telah meninggal daripada saat dia masih hidup, banyak barang menggunakan gambar Ryoma Sakamoto

Dikutip dari berbagai sumber

Pengalaman Lebaran Seorang Hajimete

Biasanya malam takbiran selalu rame dan sangat meriah, dimana-mana kita mendengarkan kumandang takbir, baik dari masjid-masjid, musola-musola dan takbir keliling. Kalau di Jakarta akan banyak kita lihat pemuda-pemuda berkonvoi naik kendaraan di jalan-jalan, kemudian beberapa orang menyalakan kembang api. Kalau di kampungku desa Gumingsir Banjarnegara, ada pawai obor keliling kampung, setelah itu biasanya akan dinyalakan petasan yang banyak sekali, dan besok pagi saat sholat Ied di jalanan akan penuh dengan sampah kertas dari petasan yang meledak. Kalau di Jepang tentu saja tidak ada takbir keliling, adanya takbiran sendiri di kamar, sambil dengerin gema takbir ust.Jefri Al Bukhori yang aku download dari youtube, tidak ada suara petasan, tidak ada kembang api dan juga tidak ada suara beduk. Rasanya pengen sms temen2 untuk mengucapkan selamat lebaran tapi di sini ga punya hp, pengen kirim-kirim kartu lebaran lewat pesbuk, tapi kok kayaknya udah banyak yang ngirim kayak gitu. Ya udah deh biar kelihatan beda sedikit aku rekam aja video dari webcamku dengan latar gema takbir ust. Jefri al Bukhori, kemudian upload di pesbuk. Semoga dapat sedikit mengobati rasa rinduku pada kampung halaman.




Sholat Idul Fitri di Jepang dilaksanakan di pelataran/halaman International House Kochi University, di daerah Manobe. Tempat sholanya bukan di dalam ruangan, karena memang sunahnya di tempat terbuka, selain itu juga di Kochi belum ada masjid. Mungkin karena lokasi para muslim-muslimat di kochi yang berjauhan maka sholat dimulai pukul 09.00, sudah agak siang memang tapi itu lebih baik daripada tidak sama sekali. Jamaahnya tidak banyak mungkin seluruhnya berjumlah hanya sekitar 30 orang bapak-bapak, ibu-ibu dan juga anak-anak, 2 shaf bapak-bapak, 1 shaf ibu-ibu dan anak-anak.. Memang masyarakat muslim di Kochi tidaklah banyak seperti di daerah lain, di sini komunitas muslimnya di dominasi oleh orang Indonesia dan Bangladesh, mereka rata-rata mahasiswa ada juga yang  pekerja, tapi tidak ada orang arab disini, baik Arab Saudi, Mesir, Yaman dan sekitarnya.

Imam kita adalah pak haji Erwin orang Indonesia, beliau biasa dipangil pak ustadz, beliau berceramah menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris walaupun panas, beliau tetap semangat dalam menyampaikan khutbah Idul Fitri, semoga Allah memberkahi beliau dan juga kita semua. Setelah khutbah kita bersalam-salaman dan saling memaafkan seperti tradisi kita di Indonesia, tapi tidak ada acara sungkeman disini, juga tidak ada silaturahmi ke rumah-rumah tetangga seperti yang bisa kita lakukan di Indonesia.


International House adalah apartemen yang disediakan oleh pihak universitas, khusus untuk mahasiswa asing yang sedang melaksanakan kuliah di kochi University. Terdapat gedung untuk mahasiswa yang masih single dan juga untuk yang sudah berkeluarga, walaupun begitu, ini tidaklah gratis tetap harus bayar sekitar 20.000 yen per bulan untuk yang sendirian dan 40.000 yen per bulan untuk yang bersama keluarga. Lanjutan acara setelah sholat Ied adalah makan bersama, tempatnya di rumah pak Iwan dan bu Rini.

Mantap, walaupun sedang berada di “Negeri Sakura” tetapi masakannya asli dari Indonesia, masakan dengan rasa Indonesia dan penuh dengan suasana kekeluargaan. Banyak sekali orang-orang baru yang aku temui, mungkin rata-rata adalah ibu-ibu yang menikah dengan orang Jepang, bahkan anaknya pun sangat mirip orang jepang. Mereka adalah pekerja yang sudah menetap cukup lama di sini. Hari ini sebenarnya aku tidak libur, cuma dapat sedikit dispensasi masuk kuliah agak terlambat, setelah bersilatuharmi dan menikmati makanan, aku dan temanku Mourad ijin pamit mau kuliah kebetulan lokasi tempat kuliahku hari ini dekat International house jadi tinggal jalan sebentar.



Malam hari sebenarnya aku dan teman-teman JICA berencana akan jalan-jalan ke Obiyamachi untuk merayakan hari Idul Fitri. Tapi saat lagi online di YM pak de Parno ngajakin aku ke rumah pak Ustadz, pak haji Erwin, lokasinya lumayan jauh berada di Tosa Yamada. Wah gimana ya sebenarnya udah ada acara tapi.., ya udahlah dengan penuh pertimbangan sepertinya lebih baik ikut ke Tosa Yamada karena belum tentu aku punya kesempatan berkunjung ke rumah pak Ustadz lain waktu, sedangkan kalau ke Obiyamachi bisa kapan aja.


Rumah tempat pak Ustadz tinggal berbeda dengan yang lainnya, klo yang lain tinggal di Apato, maka pak Ustadz dan keluarganya tinggal di rumah model Jepang, ada halaman yang cukup luas di depan rumah, ada halaman di belakang rumah juga ada garasi dan halaman di samping rumah, wah luas banget rumahnya. Menurut pak Ustadz rumah ini dahulu di huni keluarga Jepang yang kegiatannya sehari-hari bertani, halaman belakang untuk persawahan, halaman samping untuk menanam sayur-sayuran dan halaman depan untuk menanam buah-buahan. Konstruksi bangunan dan pengairannya sangat teratur, pengairan untuk sawah suplai airnya sangat terjamin sepanjang musim tanam selain itu airnya juga bersih, antara air pembuangan dari rumah dengan air untuk mengairi sawah dibedakan selokannya. Orang tidak boleh membuang sampah di selokan, bahkan meludah sembarangan-pun dilarang. Selokan disini bersih walaupun itu air buangan dari rumah, tidak ada sisa nasi, sayuran dan sampah rumah tangga lainya. Tapi karena sekarang daerah itu sudah penuh dengan pemukiman maka halaman tadinya buat persawahan tidak lagi digunakan, hanya halaman samping yang masih beliau tanam dengan macam-macam sayuran seperti kacang panjang, sereh, bawang dsb. Menurut beliau wilayah disekitar tempat beliau tinggal merupakan lingkungan keluarga dan masih satu marga, jadi tetangganya sangat ramah dan baik. Beliau beruntung dapat menyewa rumah di wilayah ini, selain jauh dari kebisingan lokasinya juga sangat dekat dengan kampus tempat Istri beliau kuliah.




Mungkin kalian akan bertanya-tanya lalu siapa itu Hajimete? Hajimete bukanlah nama orang dan tidak ada kaitanya denga gelar haji yang biasa disematkan pada orang yang sudah menunaikan rukun islam yang kelima. Hajimete dalam bahasa Jepang berarti “baru pertama kali” jadi ini adalah pengalaman orang yang baru pertama kali lebaran di Jepang. Semoga bermanfaat

I'tikaf di Jepang

I’tikaf adalah kegiatan berdiam diri di masjid untuk melakukan amal ibadah, yang dapat mendekatkan diri kita kepada Allah SWT. Rasullulah SAW sangat menganjurkan kita untuk melakukan I’tikaf pada 10 malam terakhir di bulan Ramadhan. Aku dan istri sering melakukan itikaf ketika di Indonesia walaupun tidak 10 hari penuh, waktu itu banyak masjid yang menyediakan dan menyelenggarakan kegiatan I’tikaf, akan tetapi di Jepang, merupakan hal yang seumur-umur baru kali ini aku alami, sungguh pengalaman yang tidak bakal aku lupakan, sangat mengesankan.
Lokasi masjid tempat aku i’tikaf bukanlah masjid yang ada di kota Kochi, karena di Kochi tidak ada masjid disini, masjid itu ada di kota Tokushima. Jaraknya sekitar 157 Km dari Kochi, menempuh perjalan sekitar 2,5 jam menggunakan mobil. Masjid di Tokushima bukanlah masjid seperti yang biasa kita lihat di Indonesia, dimana terdapat menara yang menjulang tinggi serta ada kubah yang merupakan ciri khas masjid. Tapi disini masjid hanya berupa bangunan segi empat yang berukuran panjang sekitar 20 meter lebar 10 meter. Masjid ini terdiri dari 2 lantai, lantai bawah untuk sholat ikhwan lantai atas untuk sholat akhwat.


Masjid ini adalah bangunan yang baru dibeli, mungkin sekitar setahun yang lalu dibeli oleh masyarakat muslim di daerah Tokushima menggunakan dana hasil patungan diantara mereka. Tanah di Jepang sangat mahal, apalagi beserta bangunan yang lokasinya berada di tengah kota tidak terbanyang harganya, menurut informasi harga masjid ini ketika di beli sekitar 20 juta Yen atau kalau di Indonesia setara dengan 2 Milyar Rupiah, Wauw suatu harga yang fantastis dan pasti memerlukan perjuangan yang sangat berat dari para muslim di Tokushima. Dahulunya masjid tidak sebagus saat ini belum ada wallpaper di dinding dan belum memiliki karpet, sekarang sudah mulai ada perkembangan dan menampakkan seperti masjid. Bangunan dicat menyerupai kubah, wallpaper dipasang, karpet didatangkan langsung dari Syria, semuanya dengan perjuangan dan gotong-royong dari masyarakat Tokushima.



Imam masjid ini adalah seorang professor berkebangsaan Mesir yang pekerjaannya adalah dosen dan mengajar di Tokushima University. Orangnya low-profile dan sangat ramah, beliau berperawakan tinggi dan menggunakan kaca-mata beliau sangat welcome terhadap muslim yang datang berkunjung ke masjid. Orang Jepang yang memeluk agama Islam di Jepang maupun di Tokushima ini belumlah begitu banyak akan tetapi para muslim disini menyediakan banyak buku-buku islam yang menggunakan bahasa Jepang, Al-qur’an dengan terjemahan bahasa Jepang, buku-buku tentang islam, majalah, brosur dsb. Yang aku tahu satu dari orang Jepang di Tokushima yang memeluk agama Islam adalah Muto-san, beliau menikah dengan ibu dewi warga Indonesia asal Jogja, mereka telah dikaruniai 3 orang anak. Subhanallah semoga semakin banyak saja orang Jepang yang memeluk Islam, karena sebenarnya mereka telah melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari seperti kebersihan, disiplin / tepat waktu, menghormati orang, ramah, rapi, teratur, hanya saja mereka belum meyakini secara keimanan. Kita sering mendengar para dai/mubaligh mengatakan bahwa ajaran islam justru terlihat di negara-negara yang bukan mayoritas Islamseperti di Jepang dan negara-negara Eropa. Sedangkan kita di indonesia memang mayoritas beragama islam tetapi jarang sekali kita melihat orang menerapkan ajaran islam, masih banyak korupsi, tipu-menipu, tidak menjaga kebersihan, tidak tepat waktu, kejahatan/kriminalitas dsb.



Sebenarnya aku datang ke Tokushima ini diajak oleh Bapak Yudhi dan keluarga, kita berangkat naik mobil pak Yudhi bersama anak dan istrinya, Pak Iwan dan Keluarga juga berangkat bersama kita menggunakan mobil mereka, sedangkan Pak Erwin dan keluarganya berangkat sendiri, tidak bersamaan dengan kita, tetapi kita janjian akan ketemu di Masjid Tokushima. Waktu itu aku pikir mereka semua akan pulang kembali ke kochi pada hari yang sama, ternyata pak Erwin dan keluarganya akan pulang esok hari dan berniat I’tikaf di masjid. Pak Erwin menawariku untuk pulang bersama beliau, kalau aku memang mau I’tikaf malam ini, “ya” tentu saja dengan senang hati aku mengiyakan. Kapan lagi punya kesempatan itikaf di masjid di 10 hari terakhir Ramadhan kalau bukan saat ini begitu pikirku. Kebetulan sekarang kan hari sabtu, besok minggu tanggal 5 sepetember libur ga ada kegiatan.



Hebat, di Jepang ini ternyata teman-teman dari Jama’ah Tabliq juga ada disini, luar biasa. Mereka berjumlah 9 orang, berasal dari Indonesia 5 orang dan dari Malaysia 4 orang. Subhanallah ternyata usaha dakwah sudah tersebar dimana-mana. Pemuda dari Indonesia adalah pekerja yang memang sengaja keluar dari pekerjaannya untuk dapat berdakwah 40 hari selama bulan Ramadhan. Pemuda dari Malaysia adalah mahasiswa di Universitas di Jepang. Jama’ah ini baru tiba juga di Tokushima, mereka baru datang dari Masjid Hiroshima. Mereka menempuh perjalanan yang cukup jauh dari markas jama'ah tabliq, masjid Jami Nagoya, di Pulau Honsu hingga ke Tokushima di Pulau Shikoku. Mereka mengatakan bahwa sekarang di Jepang ini masjid sudah mulai banyak, kalau 5 tahun yang lalu mungkin butuh waktu 4-5 jam dari satu masjid ke masjid lain sekarang hanya sekitar 1-2 jam perjalanan. Subhanallah, mereka mengingatkan aku ketika masih kuliah dulu dimana aku juga ikut bergabung dan menjadi bagian dari mereka. Sekarang aku terlalu sibuk dengan usaha untuk mendapatkan duniaku sehingga hampir-hampir aku melupakan usaha untuk mendapatkan akhiratku. Allahu akbar semoga engkau membimbingku ke jalan yang benar ya Allah.




Pada saat buka puasa banyak sekali masyarakat muslim yang berkumpul disini ada sekitar 50 orang dengan akhwatnya, mereka berasal dari berbagai negara mungkin timur-tengah yang paling banyak karena mereka menggunakan bahasa arab, ada juga teman dari Malaysia, China, India dan Indonesia tentu saja. Kita disuguhi makanan khas timur-tengah yang penuh cita-rasa, seperti masakan padang, bumbunya sangat “nendang”. Lauknya juga besar-besar, daging ayamnya sebesar kepalan tangan, wah ini mah porsi orang timur-tengah. Tapi karena jarang nemuin makan seperti itu ya udah di habisin aja, mantabs.




Sholat magrib berjama’ah dilanjutkan dengann tadarus bersama sembari menunggu waktu sholat isya. Akan tetapi pak Erwin mengatakan bahwa ada tamu dari PKPU yang datang dari Osaka mereka berdua mau mengumpulkan zakat fitrah dari teman-teman yang ada di Tokushima dan Kochi. Beliau berdua adalah pak Edy dari PKPU Jakarta yang memang sedang bertugas di Jepang dan pak Yudi mahasiswa di Hiroshima University. “Mereka baru tiba di Tokushima malam ini dari Hiroshima nanti kita menjemputnya di Tokushima Stasiun” begitu kata pak Erwin. Jadi malam ini aku tidak ikut sholat isya dan tarawih berjamaah di masjid karena kita semua warga Indonesia berkumpul di rumahnya pak Sapta untuk menyambut tamu dari PKPU. Pak Edy menjelaskan mengenai zakat fitrah, zakat mal, zakat profesi, infaq dan juga shodaqoh. Beliau mengatakan bahwa PKPU akan mengadakan kerjasama dengan mahasiswa muslim di Jepang untuk mengumpulkan Zakat dan Infaq untuk disalurkan di Indonesia melalui kedubes RI ataupun Konjen RI. Selama ini memang temen-temen di Jepang ini kesusahan untuk menyalurkan zakatnya, karena tidak ada lembaga yang mengumpulkannya selain itu kalaupun sudah terkumpul di masjid mereka kesulitan menyalurkannya karena masyarakat di Jepang sudah hidup makmur, tidak ada yang mau menerima zakat ataupun shodaqoh. Oleh karena itu PKPU mencoba untuk memberikan jalan keluar dengan menyalurkan zakat mereka kepada masyarakat di Indonesia yang masih membutuhkan




Bersama pak Erwin
Setelah mendengarkan cerita dan pengalaman temen-temen tentang kondisi dan keadaan di Tokushima dan Kochi, pak Edy dan pak Yudhi ikut beri’tikaf di masjid Tokushima bersama kami. Malam itu sebelum makan sahur kita mengerjakan sholat Tahajjud dan setelah sahur dilanjutkan sholat Shubuh dan diakhiri dengan tadarus dan doa, kemudian beristirahat untuk selanjutnya mengantarkan pak Edy dan pak Yudhi ke Stasiun Tokushima, baru kembali ke Kochi.



Subhanallah, terimakasih ya Allah, telah memberikan aku kesempatan untuk beritikaf dan mengenal banyak saudara muslim, semoga engkau menguatkan persaudaran ini dan mempertemukan kami semua di surgaMu, Amiin ya robbal alamin

Minuman di Jepang

Rasanya belum lengkap klo kemarin udah nulis tentang <span>makanan di Jepang</span>, maka kali ini aku mau melengkapi dengan tulisan tentang minuman juga. Bagaimanapun juga keduanya merupakan sesuatu yang tidak bisa terpisahkan, ada makanan ada minuman. Mau tau seperti apa kondisi minuman di Jepang. Silahkan baca sepenggal tulisan dari ku

1. Mudah kok dapet minuman
Semua air kran yang ada di Jepang layak dan dapat diminum, jadi jangan khawatir bakalan sakit perut atau diare, aman kok bro. Jadi kita ga bakalan kesusahan menemukan lokasi yang ada kran atau air minum, di tempat-tempat umum seperti stasiun, tempat keramaian/pusat kota atau lokasi wisata ada air minum, tinggal buka mulut aja minum deh. Cuma klo kita melakukan perjalanan dan khawatir akan kehausan di jalan perlu juga kita bawa persediaan air minum dalam kemasan, buat jaga-jaga dan buat menghemat juga. Tadinya kupikir hanya di negara-negara besar dan maju aja dimana kita dapat langsung minum air dari kran, ternyata temanku dari Namibia (negara di Afrika) dan St. Kitts n nevis (negara di Karibia) mengatakan bahwa di negara mereka dapat langsung minum air dari kran, dalam hatiku "wah, masa kita kalah ama Namibia n St.Kitts" di Indonesia klo kita minum langsung dari kran bisa sakit perut, lah wong airnya penuh kuman dan bakteri juga tinggi kandungan kaporitnya.


2. Vending machine untuk minuman ada di sembarang tempat.
Hampir di setiap sudut di jepang ini pasti kita liat ada vending machine untuk pembelian minuman. Di tempat parkir, di pusat keramaian, di stasiun, di mal-mal, di kampus, di mana aja dapat dengan mudah kita temukan vending machine yang menyediakan minuman. Jadi jangan khawatir deh, yang penting bawa duit aja di jamin ga kehausan. Bahkan di tempat yang terpencil yang mungkin ga setiap hari orang kesana, hanya waktu-waktu tertentu, seperti di tempat parkir mau ke pantai ada juga vending machine.

Mungkin klo vending machine ini ada di Indonesia dan ditaruh di luar gedung seperti di tempat parkir atau perempatan jalan pasti udah habis di jarah dan dirusak orang, liat aja nasib telpon umum, pasti banyakan yang rusak daripada yang baiknya. Aku pernah liat vending machine minuman di RS.Fatmawati tapi udah di coba berkali-kali tetep aja ga bisa, setelah kutanya satpam yang jaga, katanya harus “pake uang yang masih baru” klo pake uang yang agak lecek ga bisa (lah…ribet amat).


3. Harga jangan dibandingkan dengan di Indonesia
Harga minuman di vending machine bermacam-macam berkisar 110 yen ampe 150 yen tergantung jenis minumannya. Untuk yang paling murah tentu saja air mineral sekitar 110 yen, yang lain seperti softdrink seperti fanta, coca-cola sekitar 120 yen, minuman yang lain seperti pocari sweat, vitamin C, teh hijau sekitar 150 yen.


Jadi Kalau dibandingkan dengan di Indonesia wah jauh banget harganya bro, di Indonesia sebotol air mineral sekitar Rp 2.000 sedangkan di Jepang air mineral klo di rupiahkan berarti harganya Rp 11.000,-. Makanya sangat disarankan klo mau berhemat sebaiknya bawa minum sendiri, kemanapun kita pergi, klo nanti botolnya kosong, kan bisa di isi air kran (he…he..)


4. Minuman beralkohol, soft drink, jus, kopi (panas-dingin) dll
Minuman beralkohol di vending machine juga tersedia, disini di jual bebas klo yang ini ada vending machine khusus minuman beralkohol harganya sekitar 150 yen ampe 300 yen, tergantung ukurang kaleng minumannya, ada berbagai pilihan seperti asahi, kirin, lager beer dll. Oh ya klo mau minuman panas juga ada loh seperti kopi, coffe mix, cappuccino ada juga vending machinenya, klo yang ini harganya agak murah dibawah 100 yen tapi cuma gelas kecil doank kayak cangkir.

Ini pengalamanku waktu pertama kali “Opening Ceremony” waktu itu kupikir bakalan disediakan “coffe break” seperti di Indonesia, dimana tersedia kopi / teh, makanan ringan seperti snack dan kue-kue. Ternyata ga ada sama sekali bro, setelah selesai “Opening Ceremony” ya udah selesai, ramah tamahnya ga pake minum ga pake kue, garing-an gitu. Jadi, kalau mau kopi atau teh ya ke vending machine klo mau kue, ya beli sendiri (he….he….).


5. Ga ada pedagang asongan
Dijamin ga bakalan ketemu ama pedagang asongan yang jualan minuman seperti di Indonesia, “yang haus, yang haus, aqua, mizone pak” “dipilih-dipilih” (suara khas pedagang diatas kereta dan stasiun) ga bakaln terdengar disini. Di Jepang, tugas pedagang asongan telah digantikan oleh vending machine. Jadi ga bakalan ada pedagang asongan yang kadang-kadang klo kita lagi butuh dia ngasih harga sembarangan ga sesuai standar, di sini harganya udah ada.


6. Jangan lupa ambil kembalian
Kadang-kadang kita ga punya uang receh atau uang yang pas dengan harga minuman yang kita beli maka kita menggunakan uang pecahan 1.000 yen, so jangan lupa ambil kembaliannya dengan memutar knop untuk mengambil kembalian. Klo lupa ambil kembalian dan kita udah pergi maka kembalian itu bisa diambil orang lain.

Bersepeda di Jepang

Kriing-kriing ada sepeda, sepedaku roda dua kudapat dari ayah karena rajin bekerja. Demikian lirik lagu yang masih kuingat ketika aku kecil dulu waktu dapat sepeda untuk pertama kalinya. Akan tetapi seiring berjalannya waktu sepeda kutinggalkan dan beralih ke sepeda motor, mungkin sama juga dengan yang dialami anak sekarang, atau malahan mereka ga mengalami masa naik sepeda, karena langsung naik motor, ironisnya sepeda motor merupakan kendaraan yang paling tidak aman dan paling sering terjadi kecelakaan


Tidak demikian halnya di Jepang, semua usia, baik anak-anak, remaja, orang dewasa maupun manula semua naik sepeda. Akan dengan mudah kita lihat di setiap sudut kota ini ada orang naik sepeda. Pagi hari saat mulai masuk sekolah maka hampir semua anak sekolah naik sepeda ke sekolahnya, baik itu SD, SMP, SMA maupun yang kuliah juga naik sepeda. Bahkan beberapa pekerja menggunakan pakaian rapi kemeja dan setelan jas naik sepeda dengan santainya.



Mungkin kalo di Indonesia kita naik sepeda yang ada keranjang di depannya kita akan merasa malu dan semua orang juga akan melihat kita, tapi di jepang sepeda dengan keranjang sangat berguna dan bermafaat. Kita dapat menaruh tas dan barang bawaan kita di keranjang, dapat juga menaruh barang belanjaan. Berbagai macam sepeda di rancang sesuai kebutuhan, untuk ibu-ibu yang punya anak bayi maka di belakang sadelnya ada boncengan kusi untuk anak bayi sementara di bagian depannya ada keranjang untuk menaruh barang belanjaan. Jadi sembari belanja anak tetap terjaga dari jangkauan tanpa kesulitan mengendarai sepeda.



Hampir semua orang di Jepang punya sepeda, walaupun mereka memiliki mobil yang terparkir di garasinya, tetapi sepeda tetap ada dan lebih sering digunakan kalo untuk jarak dekat misalnya ke supermarket atau ke toko-toko jika ingin berbelanja. Kalo di Indonesia orang bersepeda dikaitkan dengan status sosial, masih untung bersepeda daripada jalan, masih untung bersepeda motor daripada sepeda ontel, dst. Mind set kita sepertinya harus diubah bahwa kita naik sepeda bukan karena ga ada kendaraan lain melainkan ingin melakukan sesuatu untuk mengurangi polusi dan bagian dari olahraga tubuh.


Akan tetapi sepertinya sangat sulit untuk bersepeda di Indonesia, bagaimana mau bersepeda kalo jalurnya harus digabung dengan sepeda motor dan mobil wah bukan mengurangi polusi malah kita jadi sasaran polusi dari kendaraan lain. Di Jepang ini semua jalan dilengkapi jalur khusus untuk sepeda dan pejalan kaki. Jadi ga usah gusar dan ragu, klo mau kemana aja selama masih kuat ya bersepeda aja, aman dan menyehatkan.




Lagipula di Jepang ini sangat jarang sekali orang naik sepeda motor, mungkin bisa dihitung dengan jari orang yang naik sepeda motor, mungkin delivery order, anak kuliahan atau penggemar Harley Davidson, selain itu sangat jarang sekali. Aneh, kenapa di Indonesia justru motor-motor Jepang luar biasa banyaknya, padahal di negeri asalnya sepeda motor jarang sekali digunakan di Jepang? Model sepeda motor yang sedang ngetren di Indonesia-pun ga pernah kulihat di Jepang, yang ada disini cuma motor-motor model lama yang kecil cc-nya mungkin cuma 50-60 cc, jadi kecepatannya-pun hanya berkisar 40-50 km/jam.


Sepeda di Jepang ini sangat banyak sekali dan bahkan kita dapat melihat sepeda-sepeda tak bertuan, entah itu di pinggir jalan di tempat parkir deket stasiun, tempat parkir di kamus dll. Sebagian besar sepeda yang tidak bertuan itu, dipenuhi karat atau bannya kempes. Mungkin kata orang jepang “daripada gw nuntun sepeda bocor mendingan beli baru aja” atau mungkin lupa letakkan kuncinya dimana “ daripada dongkel-dongkel kunci sepeda mending beli baru aja” atau barangkali mereka memang sengaja menaruh banyak sepeda di berbagai tempat agar nantinya klo ke tempat ini lagi, dia ada sepeda untuk kemana-mana, karena aku lihat di stasiun kochi sepeda-sepeda itu ga berkurang jumlahnya walaupun udah jam 12 tengah malam dimana udah ga ada lagi kereta datang dan pergi.



Klo ada yang nanya berapa sih harga sepeda di jepang, mungkin harganya bervariatif berkisar 5.000 yen sampai 20.000 yen (1 yen = Rp.100). Itu tergantung dari model, kegunaan, ada giginya ato tidak dsb. Model sepeda balap dan sepeda gunung jarang di temui dan hanya orang-orang tertentu saja yang menggunakan sepeda itu, yang paling umum tentu saja sepeda dengan keranjang di depannya. Tapi satu hal yang pasti semua sepeda di Jepang wajib dilengkapi dengan lampu, dan harus dinyalakan ketika malam hari.


Klo lihat orang-orang bersepeda sepertinya aku bakal merindukan hal sepert ini terwujud di Indonesia, dimana sebagian besar orang menggunakan sepeda sebagai transportasi, selain bebas dari polusi juga menyehatkan badan, semoga dapat segera terwujud, yuk kita bersepeda.

Buka Puasa Bersama di Kochi

Alhamdulillah kemaren tanggal 28 Agustus 2010 aku diundang untuk menghadiri buka puasa bersama sekaligus teraweh berjamaah di rumah salah satu keluarga mahasiswa Indonesia yang ada di kochi. Subhanallah senang sekali rasanya bisa berkumpul bersama mereka, temen-temen dari Indonesia, rasanya seperti berada di Indonesia.Rumah Pak Yudi dan Bu Ranti yang ketempatan buka puasa bersama dan sekaligus teraweh bareng, lokasinya dekat dengan Kochi Medical School tempat Bu Ranti kuliah S-3. Suaminya Pak Yudi juga merupakan mahasiswa S-3 Fakultas Kehutanan Kochi Daigaku. Mereka merupakan dosen di salah satu universitas di papua. Rumahnya di apato yang khusus disediakan untuk mahasiswa asing di Jepang, lumayan besarlah untuk ukuran apato dengan 2 buah kamar.


Sudah lama nih, ga merasakan makanan dan minuman khas Indonesia sejak aku ke Jepang. Ini yang pertama kali makan masakan Indonesia di negeri sakura. Macam-macam masakan yang dihidangkan untuk berbuka puasa. Diawali dengan bismillah, es teller sebagai hidangan pembuka, di selingi dengan agar-agar dan srikaya, waow mantap. Setelah sholat magrib baru acara makan besarnya dimulai ada sop buntut, tempe goreng, ayam goreng, ikan bakar, sambal, ikan goreng wah banyak pilihan nih. Masing-masing keluarga yang datang ikut menyumbang salah satu lauk untuk berbuka, jadi menunya banyak dan sangat menggoda selera, Alhamdulillah.


Mahasiswa di kochi ini kebanyakan mereka sudah berkeluarga dan membawa anak, istri atau suami mereka untuk tinggal bersama di Jepang ini. Di kochi ada sekitar 4 keluarga yang tinggal, hebatnya baik suami maupun istri kedua-duanya sama-sama kuliah dan mendapatkan beasiswa. Wah menyenangkan sekali ya, sama-sama menuntut ilmu di negeri orang.


Sebenarnya mereka berasal dari daerah yang berbeda di Indonesia, pak Yudi dan Bu Ranti dosen di papua, Pak Erwin dan istrinya dosen di ITB, Pak Iwan dan Bu Rini dosen di UGM, Pak Parno dosen di UGM tapi mereka sangat akrab dan sudah seperti keluarga sendiri. Mungkin karena merasa senasib sepenanggungan kali ya, sama-sama merantau di negeri orang jadi ikatan persaudaraanya sangat kuat. Klo kayak gini aku merasa senang dan ga merasa lagi sedang di Jepang, kayak di Indonesia aja.


Di Kochi, mereka tinggal di lokasi yang terpisah dan cukup berjauhan, belum tentu ketemu setiap hari, memiliki kesibukan dengan aktivitasnya masing-masing. Sehingga saat bertemu mereka saling bertukar pengalaman, Tentang lokasi-lokasi wisata yang pernah dikunjungi, mengenai urusan dengan dosen di Universitas, masalah anak di rumah/ di sekolah dan mengenai kondisi dan lokasi tempat tinggal/apato. Banyak hal yang mereka bicarakan dan diskusikan, suasananya akrab dan kekeluargaan.

Anak-anak mereka juga sangat akrab, bermain bersama, bercanda dan bercerita pengalaman mereka di sekolah. Anak-anak mereka rata-rata pintar dan jago bahasa jepang, bahkan orang tuanya aja kalah. Memang pergaulan mereka di sekolah bersama dengan anak-anak jepang membuat mereka mahir dan memiliki banyak kosakata bahasa jepang.

Menyenangkan sekali bisa buka puasa bersama mereka, menambah saudara dan juga menambah pengalaman, semoga suatu saat aku bisa seperti mereka luliah di luar negeri membawa anak dan istri. Amin ya robbal alamin.

Tosa TUG of War Festival

Sabtu tanggal 20 Agustus 2010, kita JICA participant diundang oleh pemerintah daerah Tosa City untuk mengikuti festival tahunan kota itu yang dikenal dengan nama Tosa TUG of War Matsuri atau festival tarik tambang di Tosa City. Awalnya temen-temen enggan mengikuti festival ini dan pada pengen pulang ke hotel karena capek, pagi ini kita kuliah sampai sore padahal biasanya klo hari sabtu libur.


Kita datang ke lokasi sekitar pukul 16.30 setelah selesai dari kuliah langsung ke lokasi. Sebelum lomba di mulai, ada jamuan makan yang disediakan pemerintah Tosa City kepada setiap tamu undangan. Hidangannya cukup mewah dan lengkap. Makanan seperti sushi, soba, udon, udang, ikan, pork, sosis dan segala macam kue dan buah-buahan dihidangkan untuk para peserta. Minuman juga tidak ketinggalan cukup banyak minuman beralkohol dan juga minuman bersoda. Tapi aku tidak makan dan minum karena saat itu sedang puasa. Kita juga dipersilakan menggunakan yukata, kostum yang biasa dipakai saat musim panas. Dari sini temen-temen mulai merasa senang dan ga banyak mengeluh lagi, mereka mencoba menikmati festival ini.



Keunikan dari Tosa TUG of War Matsuri ini adalah tali yang digunakan untuk perlombaan. Talinya bukanlah tambang biasa yang terbuat dari nylon, melaikan tali khusus yang disusun dan dibuat dari kertas, mungkin agak aneh tapi memang benar bahwa tali itu terbuat dari kertas. Tapi jangan salah, walaupun terbuat dari kertas, tali ini sangat kuat ga kalah kuat dengan tali yang terbuat dari nylon.



Lomba dimulai dengan menarik bus sejauh 90 meter, peserta yang menarik bus berjumlah 5 orang, karena saat itu jumlah peserta JICA 6 orang maka aku diikutkan di kelompok lain, tergabung bersama orang Kanada bersama 3 orang jepang. Temen JICA yang 5 orang itu ternyata cukup kuat mereka mampu menarik bus sejauh 90 meter dalam waktu 31 detik, sayangnya peserta terakhir yaitu sekelompok anak muda dari salah satu sekolah di tosa city mampu memecahkan rekor teman JICA dengan perolehan 29 detik, yah ga jadi juara deh, runner-up doank.



Klo kelompokku mah payah, 37 detik, wong aku juga puasa, mana mungkin aku keluarkan semua kemampuanku, ntar batal lagi puasanya. Setelah lomba tarik bus ini, temen-temen JICA jadi lebih bersemangat karena ada hadiahnya, dan menyesal tadi tidak mengeluarkan kemapuan terbaik he…he… Mereka bilang “seharusnya kita menang tuh” ada lagi yang menambahkan “pokoknya dilomba selanjutnya kita harus juara” yang lain memberi semangat “runner-up mah ga bakal diinget orang, yang dinget cuma juara satu”. Jadi tekad kita makin kuat untuk menjadi juara di lomba selanjutnya




Anak muda yang menjuarai lomba
Sekitar pukul 18.30 setelah hiburan dancing Yosakoi maka dimulailah acara puncak tarik tambang, mula-mula tarik tambang antara anak-anak kemudian baru orang dewasa. Nah disini masing-masing tim berjumlah 7 orang. Tim JICA dibantu teman dari kanada sehingga lengkap 7 orang. Pertama kita menang, yang kedua kalinya sebenarnya berimbang sayang sekali temen dari St.Kitts yang berada paling depan sendalnya lepas jadi lepas juga pegangan talinya, kalah deh. Untungnya masih diberikan kesempatan untuk perebutan tempat ketiga, kali ini kita menang, lumayanlah peringkat 3. Hebatnya yang juara 1 kelompok yang juara juga ketika menarik bus, memang anak muda itu kuat-kuat banget.


Setelah lomba itu sebenarnya ada acara tarik-tambang beramai-ramai menggunakan tali yang paling besar dan paling berat, Cuma karena temen-temen JICA udah pada kecapean dan ga punya tenaga lagi, ya udah kita pulang duluan.



Bener-bener menyenangkan festival itu, temen-temen merasa senang dan bahagia karena mereka dapat makan dan minum gratis selain itu kita juga mengantongi hadiah karena mendapatkan peringkat dalam lomba itu, lumayan terkumpul 8.000 yen.

Pengalaman Puasa Di Jepang

Baru kali ini aku merasakan puasa di negeri orang, biasanya puasa selalu di Indonesia dan di temani dengan keluarga dan sanak saudara sekarang puasa tahun ini 2010 atau 1431 H berada jauh dari mereka, jauh dari suasana ramadhan dan kering akan siraman rohani. Di Jepang, nuansa ramadhan tidak kita dapatkan dari lingkungan, melainkan harus kita ciptakan sendiri dari dalam diri kita. Sekarang udah melewati 14 hari ramadhan aku mencoba berbagi pengalaman puasa di negeri orang.

Alhamdulillah waktu pertama kali datang aku liat di salah satu papan pengumuman di Osaka International Center (OSIC) ada jadwal solat untuk wilayah Osaka dan sekitarnya, ya udah, aku ambil aja, aku jadikan acuan untuk menetukan waktu solat selama berada di jepang ini. Terima kasih sekali kepada siapapun yang telah membuat dan memperbanyak jadwal solat, semoga Allah melimpahkan keberkahan kepada kita semua. Dengan jadwal ini aku dapat memperkirakan kira-kira ini udah masuk waktu solat maka aku solat sendiri di kamar hotelku. Kalo dulu waktu di OSIC disediakan ruangan khusus untuk beribadah bagi umat Islam klo di Kochi ya terpaksa harus solat sendiri di kamar.


Bulan ramdahan di saat musim panas sungguh berat cobaanya, panas di luar sangat tinggi, bisa mencapai 38-39oC. Oleh karena itu, aku jarang banget keluar siang bolong kalo tidak ada urusan yang sangat mendesak, kalo pun keluar, ga lama-lama pengennya cepat-cepat balik ke hotel. Waktu musim panas di Jepang maka siang harinya lebih panjang daripada malamnya, mungkin kita mulai berpuasa sejak pukul 3.40 sampai pukul 18.50 waktu jepang. Mungkin kurang lebih 15 jam kita berpuasa di jepang, ya memang begitu keadaanya.



Biasanya aku bangun sekitar jam 3 pagi untuk persiapan makan sahur di kamarku. Ga banyak yang kumakan ketika sahur, yang utama nasi sama abon klo ga ada nasi ya makan roti, minum susu dan sari kurma. Tapi beberapa hari ini pihak hotel menyediakan makan sahur sebagai pengganti sarapan, karena ada kelompok JICA yang lain kebetulan banyak pesertanya muslim jadi kita makan sahur bareng di Lobby (Alhamdulilah...). Setelah sahur aku ngaji sambil menunggu solat subuh, sehabis solat subuh biasanya baca-baca klo capek ya tidur, he...he..



Walaupun puasa, aktifitas harus tetap berjalan seperti biasa. Kalo kegiatannya di ruangan ato di kelas mungkin ga terlalu bermasalah dengan panas diluar karena di ruangan kita pake AC. Tapi kalo giliran praktek lapangan seperti ke pantai atau survey naik kapal, wah lumayan juga tuh, berat dan sangat melelahkan. Seperti kemaren hari jum'at saat praktek di kapal untuk survey larva entah karena mabok laut atau dehidrasi aku ga kuat sampai batal deh puasa.

Saat yang paling menyenangkan tentu saja berbuka puasa, walaupun buka puasa sendirian di kamar tapi tetap aja seneng rasanya bisa menyelesaikan puasa dalam kondisi seperti ini. Minum teh, minum nutrisari, makan nasi, kadang pake mie, telor, pisang dan roti. Walaupun sebenarnya aku merindukan makan pisang goreng, mendoan, makan kolak ubi/pisang, minum es kelapa muda ah segernya.....



Bagaimanapun kita harus banyak bersyukur, Allah SWT masih memberikan kekuatan untuk berpuasa dan menyediakan kita makanan/ minuman untuk berbuka dan sahur. Alhamdulilah

Yosakoi Festival

Kemarin tanggal 9-12 Agustus kota kecil kochi-city ini melangsungkan festival tahunan yang dikenal dengan nama Yosakoi Festival. Seru banget, baru kali ini aku liat kochi-city yang biasanya sepi dan tenang mendadak menjadi hiruk-pikuk dan penuh dengan para penari dan juga wisatawan sekitar jepang maupun orang asing.

Asal usul kata Yosakoi adalah Yosakoi (夜さ来い?) yang berarti datanglah kau malam ini. Menurut kisah lain, kata Yosakoi berasal dari seruan para pekerja bangunan ketika membangun Istana Kōchi di masa pemerintahan Yamauchi Katsutoyo (1596-1615). Mereka menyerukan "Yoisho koi, yoisho koi" agar bersemangat ketika mengangkati bahan bangunan.


Festival ini dilaksanakan di musim panas, dimana para pesertanya menggunakan pakaian musim panas yang disebut yukata dengan warna yang bermacam-macam dan sangat menarik. Penarinya berkelompok dengan jumlah sekitar 50-100 orang pria, wanita, dewasa, anak-anak, menggunakan kostum yang sama. Menari dengan gerakan kaki dan tangan sangat dinamis dan atraktif. Yang menarik kedua tangannya membawa naruko yaitu sejenis perkusi dari kayu. Walaupun suasana siang sangat panas, mereka tetap menari dengan semangat dan selalu tersenyum ramah.


Iringan musiknya merupakan campuran musik daerah (minyō) dicampur dengan musik rock, samba, disko, enka, atau genre musik yang lain sesuai selera, namun harus memasukkan melodi "Yosakoi Naruko Odori". Musik ini biasanya dibawa dengan truk besar yang membawa sound yang besar-besar dan memekakkan telinga. akan tetapi truk yang membawa sound di desain sedemikian menarik dan artistik.


Penari kebanyakan perempuan dan mereka sepertinya bukan hanya berasal dari kochi, mungkin juga dari sekitar kochi atau mungkin dari seluruh Jepang. Karena saat acara itu berlangsung hampir semua hotel yang ada di kochi penuh dan ditempat parkirnya ada bus besar yang membawa para penari. Mungkin berasal dari sekitar shikoku island seperti Matsuyama, Tokushima, Takamatsu atau bahkan dari main island seperti Osaka, Kobe, Nara dan Kyoto.




Pada tanggal 9 Agustus penari dipusatkan di taman kota dan acara dmulai malam hari hingga berakhir tengah malam, pada saat itu ada pesta kembang api juga yang mengiringi. (Videonya udah aku upload tuh). Nah klo tanggal 10 – 11 Agustus 2010 festival dimulai dari pagi hari di depan stasiun Kochi hingga sore, kemudian malam harinya dari depan kochi Castle hingga ke Obiyamachi. Hari terakhir tanggal 12 Agustus 2010 hanya berlangsung sore hari dari depan kochi castle hingga ke obiyamachi dan dilanjutkan perlombaan nasional di taman kota.



Menarik sekali melihat anak-anak kecil yang imut-imut ikut juga menari mengikuti orang tuanya, sangat menghibur sekali, tingkahnya yang lucu dan menggemaskan. Menari dengan penuh semangat, dalam jumlah lebih dari 50 orang menari dengan gerakan yang berirama dan beraturan, sangat menyenangkan sekali melihat itu. Yosakoi Festival sungguh festival yang sangat menyenangkan dan menghibur.

Minggu, 05 September 2010

Makanan di Jepang

Mau sedikit share pengalaman di jepang terkait dengan makanan, karena bagaimanapun, makanan adalah sumber energi kita, agar kita bisa terus survive menghadapi berbagai macam kegiatan yang harus kita lakukan dan agar tetap semangat dalam hidup. Intensitas kita makan dalam sehari juga cukup banyak 3 kali sehari berarti hampir tiap waktu kita ketemu makanan. Bagaimana kondisi makanan di jepang, saya mencoba berbagi pengalaman

1. Nasi tetap yang utama
Nasi thok
Buat temen-temen dari Indonesia yang terbiasa makan nasi, dimana ada slogan kalo belum makan nasi maka belum makan namanya (he...he...itu mah aku). Jangan khawatir di jepang ini hampir dapat dipastikan selalu tersedia nasi dalam berbagai bentuk dan rupa. Ada yang bentuk segitiga, nasi putih thok, nasi dengan lauk atau nasi dilapisi ikan mentah yang biasa dikenal "sushi". Klo nasi yang bentuk segitiga kadang ada rumput laut (seaweed) berwarna hijau yang turut dimakan bareng nasi. Di dalamnya juga ada lauknya seperti ikan, daging, telur ikan dll


2. Berbagai sajian di tambahkan dalam makanan tersebut, hati-hati pork/butaniku
Sushi, nasi dengan ikan mentah di atasnya
Jangan khawatir dengan komposisi makanan di jepang, dijamin bergizi tinggi dan memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh. Liat aja harapan hidup orang jepang yang mencapai usia 80 tahun, jadi jangan khawatir makan aja. Eiits..., tapi hati-hati untuk temen-temen muslim yang diharamkan makan babi, liat-liat lauknya jangan-jangan ada babinya. Babi dalam basa jepang dikenal dengan buta dalam hiragana (ぶた) ato lebih sering dengan kanji (豚) klo nemuin logo seperti itu, dijamin makanan itu tidak "halal" untuk orang islam. Daging babi dalam basa jepang di kenal butaniku, buta=babi, niku=daging klo ditulis dalam kanji (豚肉). Jangan keliru ada juga daging ayam=toriniku (鶏肉) dan daging sapi = gyuniku (牛肉), klo yang ini boleh lah kita makan.

3. Siap untuk dimakan tinggal dipanasin di oven
Nasi dengan lauk beraneka ragam
Makanan yang disediakan ato dijual di supermarket ato kombinian store biasanya makanan yang udah siap makan, tinggal di angetin aja di oven selama 3 menit terus tinggal disantap. Tapi untuk rasa mungkin agak berbeda dengan rasa lidah kita, karena masakan jepang jadi rasanya ya rasa jepang. Kalau dibilang agak kurang garam, padahal emang masakan jepang seperti itu rasanya. Jadi klo mau lebih sedep ya bawa garam sendiri untuk ditambahin secukupnya.



4. Harganya?
Lauk yang siap dimakan
Kurs 1 Yen = Rp 100, jadi semua harga klo mau di rupiahkan ya dikalikan 100. Makanan siap saji dengan menu daging ayam ato ikan harganya berkisar 200 yen ampe 500 yen tergantung komposisinya dan ukurannya. Bagi orang jepang yang memiliki pendapatan sekitar 200.000 yen/bulan harga segitu tentu wajar. Tapi klo di rupiahkan mungkin kita bisa makan sampe kenyang dengan macam-macam lauk di Indonesia. Ya begitulah keadaannya, pintar-pintar kita mengatur strategi untuk menu makan kita tiap hari, biar tetap memenuhi kebutuhan gizi tapi jangan terlalu mahal juga.

5. Dimana membelinya ?
Nasi beragam lauk
Hampir di semua kombinian store yang buka 24 jam menyediakan jenis makanan seperti itu seperti di Lawson, Family Mart, Circle K, AM-PM, 7 Eleven, Yamazaki dll. Tapi Klo mau agak murah sedikit sebaiknya beli di supermarket seperti Ace One atau Mannekiya.

6. Klo mau masak sendiri?
Masak sendiri bisa aja tapi mungkin agak repot kecuali tinggal di apato yang tersedia dapurnya atau bisa pake dapur di penginapan. Kita bisa beli bahan makan seperti beras, sayur-mayur, ayam dan daging, tapi harganya tentu lebih mahal ga seperti di Indonesia.

7. Makanan favorit orang asing? Tentu saja mie
Nasi dilapisi rumput laut
Ada beberapa orang yang tidak cocok lidahnya dengan masakan Jepang maka banyak dari mereka yang membeli mie. Ato mungkin ada juga yang karena ingin praktis tinggal seduh air panas siap makan. Tapi inget, mie memang mencukupi kalori tubuh tetapi tidak dengan nutrisi dan kandungannya, jadi boleh sekali-kali dalam seminggu makan mie, tapi jangan terlalu sering. Oh ya waspasai juga mie yang ada kandungan butanikunya, walaupun tertulis rasa ayam tapi kadang-kadang ditambah kaldu babi, jadi hati-hati juga ya. Lebih aman klo bawa mie dari Indonesia, murah dan dijamin halal (seperti aku...hihi..)





8. Bagaimana klo mau makan di restoran?
Makan di restoran boleh-boleh aja, tapi tentu saja harganya lebih mahal berkisar 500 yen sampe 1000 yen sekali makan. Klo sekali-kali boleh lah makan di restoran untuk memanjakan lidah kita, tapi jangan terlalu sering ntar kantong bisa jebol.

9. Bawa Makanan dari Indonesia
Gorengan juga ada
Bawa makanan dari Indonesia sangat di anjurkan untuk temen-temn yang mau ke jepang selain rasanya sesuai dengan lidah kita, mungkin juga sedikit mengurangi rasa rindu terhadap tanah air. Bawa makanan yang awet seperti mie, abon, teri-kacang, bumbu pecel, ikan kaleng, dll. Tapi inget, masukin ke dalam tas yang ditaruh di bagasi jangan tas yang di bawa ke kabin.

Makanan di Jepang