Biasanya malam takbiran selalu rame dan sangat meriah, dimana-mana kita mendengarkan kumandang takbir, baik dari masjid-masjid, musola-musola dan takbir keliling. Kalau di Jakarta akan banyak kita lihat pemuda-pemuda berkonvoi naik kendaraan di jalan-jalan, kemudian beberapa orang menyalakan kembang api. Kalau di kampungku desa Gumingsir Banjarnegara, ada pawai obor keliling kampung, setelah itu biasanya akan dinyalakan petasan yang banyak sekali, dan besok pagi saat sholat Ied di jalanan akan penuh dengan sampah kertas dari petasan yang meledak. Kalau di Jepang tentu saja tidak ada takbir keliling, adanya takbiran sendiri di kamar, sambil dengerin gema takbir ust.Jefri Al Bukhori yang aku download dari youtube, tidak ada suara petasan, tidak ada kembang api dan juga tidak ada suara beduk. Rasanya pengen sms temen2 untuk mengucapkan selamat lebaran tapi di sini ga punya hp, pengen kirim-kirim kartu lebaran lewat pesbuk, tapi kok kayaknya udah banyak yang ngirim kayak gitu. Ya udah deh biar kelihatan beda sedikit aku rekam aja video dari webcamku dengan latar gema takbir ust. Jefri al Bukhori, kemudian upload di pesbuk. Semoga dapat sedikit mengobati rasa rinduku pada kampung halaman.
Sholat Idul Fitri di Jepang dilaksanakan di pelataran/halaman International House Kochi University, di daerah Manobe. Tempat sholanya bukan di dalam ruangan, karena memang sunahnya di tempat terbuka, selain itu juga di Kochi belum ada masjid. Mungkin karena lokasi para muslim-muslimat di kochi yang berjauhan maka sholat dimulai pukul 09.00, sudah agak siang memang tapi itu lebih baik daripada tidak sama sekali. Jamaahnya tidak banyak mungkin seluruhnya berjumlah hanya sekitar 30 orang bapak-bapak, ibu-ibu dan juga anak-anak, 2 shaf bapak-bapak, 1 shaf ibu-ibu dan anak-anak.. Memang masyarakat muslim di Kochi tidaklah banyak seperti di daerah lain, di sini komunitas muslimnya di dominasi oleh orang Indonesia dan Bangladesh, mereka rata-rata mahasiswa ada juga yang pekerja, tapi tidak ada orang arab disini, baik Arab Saudi, Mesir, Yaman dan sekitarnya.
Imam kita adalah pak haji Erwin orang Indonesia, beliau biasa dipangil pak ustadz, beliau berceramah menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris walaupun panas, beliau tetap semangat dalam menyampaikan khutbah Idul Fitri, semoga Allah memberkahi beliau dan juga kita semua. Setelah khutbah kita bersalam-salaman dan saling memaafkan seperti tradisi kita di Indonesia, tapi tidak ada acara sungkeman disini, juga tidak ada silaturahmi ke rumah-rumah tetangga seperti yang bisa kita lakukan di Indonesia.
International House adalah apartemen yang disediakan oleh pihak universitas, khusus untuk mahasiswa asing yang sedang melaksanakan kuliah di kochi University. Terdapat gedung untuk mahasiswa yang masih single dan juga untuk yang sudah berkeluarga, walaupun begitu, ini tidaklah gratis tetap harus bayar sekitar 20.000 yen per bulan untuk yang sendirian dan 40.000 yen per bulan untuk yang bersama keluarga. Lanjutan acara setelah sholat Ied adalah makan bersama, tempatnya di rumah pak Iwan dan bu Rini.
Mantap, walaupun sedang berada di “Negeri Sakura” tetapi masakannya asli dari Indonesia, masakan dengan rasa Indonesia dan penuh dengan suasana kekeluargaan. Banyak sekali orang-orang baru yang aku temui, mungkin rata-rata adalah ibu-ibu yang menikah dengan orang Jepang, bahkan anaknya pun sangat mirip orang jepang. Mereka adalah pekerja yang sudah menetap cukup lama di sini. Hari ini sebenarnya aku tidak libur, cuma dapat sedikit dispensasi masuk kuliah agak terlambat, setelah bersilatuharmi dan menikmati makanan, aku dan temanku Mourad ijin pamit mau kuliah kebetulan lokasi tempat kuliahku hari ini dekat International house jadi tinggal jalan sebentar.
Malam hari sebenarnya aku dan teman-teman JICA berencana akan jalan-jalan ke Obiyamachi untuk merayakan hari Idul Fitri. Tapi saat lagi online di YM pak de Parno ngajakin aku ke rumah pak Ustadz, pak haji Erwin, lokasinya lumayan jauh berada di Tosa Yamada. Wah gimana ya sebenarnya udah ada acara tapi.., ya udahlah dengan penuh pertimbangan sepertinya lebih baik ikut ke Tosa Yamada karena belum tentu aku punya kesempatan berkunjung ke rumah pak Ustadz lain waktu, sedangkan kalau ke Obiyamachi bisa kapan aja.
Rumah tempat pak Ustadz tinggal berbeda dengan yang lainnya, klo yang lain tinggal di Apato, maka pak Ustadz dan keluarganya tinggal di rumah model Jepang, ada halaman yang cukup luas di depan rumah, ada halaman di belakang rumah juga ada garasi dan halaman di samping rumah, wah luas banget rumahnya. Menurut pak Ustadz rumah ini dahulu di huni keluarga Jepang yang kegiatannya sehari-hari bertani, halaman belakang untuk persawahan, halaman samping untuk menanam sayur-sayuran dan halaman depan untuk menanam buah-buahan. Konstruksi bangunan dan pengairannya sangat teratur, pengairan untuk sawah suplai airnya sangat terjamin sepanjang musim tanam selain itu airnya juga bersih, antara air pembuangan dari rumah dengan air untuk mengairi sawah dibedakan selokannya. Orang tidak boleh membuang sampah di selokan, bahkan meludah sembarangan-pun dilarang. Selokan disini bersih walaupun itu air buangan dari rumah, tidak ada sisa nasi, sayuran dan sampah rumah tangga lainya. Tapi karena sekarang daerah itu sudah penuh dengan pemukiman maka halaman tadinya buat persawahan tidak lagi digunakan, hanya halaman samping yang masih beliau tanam dengan macam-macam sayuran seperti kacang panjang, sereh, bawang dsb. Menurut beliau wilayah disekitar tempat beliau tinggal merupakan lingkungan keluarga dan masih satu marga, jadi tetangganya sangat ramah dan baik. Beliau beruntung dapat menyewa rumah di wilayah ini, selain jauh dari kebisingan lokasinya juga sangat dekat dengan kampus tempat Istri beliau kuliah.
Mungkin kalian akan bertanya-tanya lalu siapa itu Hajimete? Hajimete bukanlah nama orang dan tidak ada kaitanya denga gelar haji yang biasa disematkan pada orang yang sudah menunaikan rukun islam yang kelima. Hajimete dalam bahasa Jepang berarti “baru pertama kali” jadi ini adalah pengalaman orang yang baru pertama kali lebaran di Jepang. Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar